Jumat 17-Oct-2025 20:18 WIB
Foto : tribunnews
Brominemedia.com - Pemerintah Kabupaten Tana Tidung, Kaltara, melalui Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah ( DPKD ) terus memperkuat budaya literasi masyarakat di seluruh wilayah.
Hingga saat ini, sebanyak 32 Taman Bacaan Masyarakat (TBM) telah berdiri di lima kecamatan.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Tana Tidung, Yungkul, mengatakan seluruh TBM yang tersebar di desa-desa telah mendapatkan bantuan berupa seribu buku untuk setiap TBM.
“Kalau dihitung-hitung besar juga nilainya. Satu TBM itu sudah dapat bantuan seribu buku dari pemerintah,” ujar Yungkul kepada TribunKaltara.com, Jumat (17/10/2025).
Tak hanya TBM, saat ini juga telah berdiri 13 perpustakaan desa, sebagai bagian dari target satu desa satu TBM dan satu perpustakaan yang terus digalakkan oleh Dispusip Tana Tidung.
“Target kita jelas, satu desa satu TBM dan satu perpustakaan. Saat ini TBM sudah lengkap di 32 desa, sementara perpustakaan desa sudah ada 13 yang aktif,” terangnya.
Selain 32 TBM resmi yang dibentuk pemerintah, terdapat juga beberapa TBM mandiri yang dibangun atas inisiatif masyarakat sendiri.
“Ada satu dua TBM mandiri yang dibuat langsung oleh warga. Artinya, kesadaran masyarakat terhadap pentingnya literasi mulai tumbuh,” lanjutnya.
Buku-buku yang disebarkan ke TBM dan perpustakaan desa juga beragam, mulai dari bacaan anak-anak hingga buku untuk orang dewasa.
Dengan begitu, masyarakat bisa mengakses pengetahuan tanpa harus datang ke pusat kota.
Tak hanya di tingkat desa, DPKD Tana Tidung juga telah memfasilitasi pembentukan perpustakaan di lima puskesmas yang tersebar di wilayah Tana Tidung.
“Sudah ada lima puskesmas yang disetujui Perpusnas, yaitu Puskesmas Muruk Rian, Tideng Pale, Sesayap Hilir, Betayau, dan Tana Lia. Nanti masing-masing akan memiliki perpustakaan sendiri,” jelasnya.
Program ini disebut menjadi langkah nyata untuk membangun ekosistem literasi yang melibatkan seluruh elemen masyarakat.
Menurut Yungkul, peningkatan budaya baca tidak hanya bisa dilakukan oleh pemerintah, tetapi harus menjadi gerakan bersama.
“Tujuan utama kita membangun ekosistem literasi. Karena mengembangkan literasi tidak bisa sendiri, masyarakat harus hadir bersama-sama. Kami hanya fasilitator melalui perpustakaan dan TBM yang ada,” ujarnya.
Selain itu, tahun ini Dispusip juga tengah mengupayakan bantuan buku untuk rumah ibadah seperti masjid dan gereja di seluruh Tana Tidung.
Tujuannya, agar rumah ibadah juga menjadi ruang belajar masyarakat.
“Masjid dan gereja itu tempat orang berkumpul, jadi perlu ada perpustakaan mini juga di sana. Anak-anak bisa belajar kisah nabi atau pengetahuan umum yang dikaitkan dengan nilai agama,” pungkas Yungkul.
Konten Terkait