Bromine Media merupakan media online yang menyajikan ragam informasi dan berita di ranah lokal Wonogiri hingga nasional untuk masyarakat umum. Bromine Media bertempat di Brubuh, Ngadirojo Lor, Ngadirojo, Wonogiri, Jawa Tengah.

All Nasional Internasional

PERISTIWA

Kisah Agus Sutikno, Pendeta Jalanan Yang Sekolahkan Ratusan Anak Sampai Sarjana di Semarang

Selasa 04-Feb-2025 20:34 WIB

88

Kisah Agus Sutikno, Pendeta Jalanan Yang Sekolahkan Ratusan Anak Sampai Sarjana di Semarang

Foto : tribunnews

Brominemedia.com – Bergaya nyentrik penuh tato di tubuhnya, pendeta Agus Sutikno ternyata punya ratusan anak angkat.

Bahkan dari jumlah anak yang telah dibinanya, ada yang sudah menjadi sarjana.

Pendeta asal Semarang, Jawa Tengah itu pun kini banjir sorotan.

Walaupun pendeta tersebut memiliki penampilan nyentrik itu ternyata berhati mulia.

Ia berhasil menyekolahkan ratusan anak tak hanya SD, SMP atau SMA.

Bahkan ada yang sampai sarjana.

Agus Sutikno pendiri sebuah yayasan bernama Yayasan Hati Bagi Bangsa berhasil menyekolahkan anak didiknya bahkan sampai sarjana.

Agus Sutikno merupakan seorang pendeta bertato dan berambut gondrong di Kota Semarang yang dikenal dengan julukan "Street Preacher" atau "Pendeta Jalanan".

Jika pendeta pada umumnya menyampaikan pesan-pesan Tuhan di gereja, Agus justru memilih terjun ke kampung-kampung kumuh dan bergaul dengan kaum marginal di Kota Lumpia, termasuk pekerja seks, anak-anak jalanan, pengidap HIV/AIDS, dan transgender.

Dengan komitmen dan dedikasinya, pada tahun 2015, Agus mendirikan Yayasan Hati Bagi Bangsa yang berlokasi di Jalan Manggis II, Kelurahan Lamper Lor, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang.

"Saya sudah menyekolahkan hampir 200 anak tanpa bantuan pemerintah. 

Bagi saya, penampilan itu tidak penting, yang penting adalah kita bisa bermanfaat untuk semua orang," ucapnya dilansir Tribun-medan.com dari Kompas.com, Selasa (4/2/2025).

Agus menerima anak-anak telantar tanpa syarat apa pun.

Kini, ratusan anak jalanan yang ia bantu telah berhasil bersekolah hingga jenjang sarjana.

Menurut Agus, pendidikan adalah hak dasar bagi semua anak di Indonesia.

Ia berupaya semaksimal mungkin membantu masyarakat dengan segala keterbatasan yang dimilikinya.

"Merawat anak-anak, ngobatin orang sakit, memberi orang kelaparan, menurut saya adalah ibadah," ujarnya.

Bagi Agus, nilai-nilai kemanusiaan harus diperjuangkan tanpa memandang suku, agama, atau kepercayaan.

"Pada dasarnya yayasan ini punya Tuhan, saya hanya sebagai hambanya saja," tambahnya.

Agus menyebut bahwa tato yang ada di tubuhnya sudah ada sejak puluhan tahun lalu.

"Tato ini sudah ada jauh sebelum saya mengenal Tuhan, saat saya masih nakal-nakalnya," kata Agus.

Ia mengaku sering mendapat stigma negatif dari masyarakat, tetapi memilih untuk tetap fokus pada tujuannya.

Menurut dia, penampilan bukanlah segalanya. Yang lebih penting adalah tindakan dan dampak yang dihasilkan.

"Masalah baju atau penampilan itu tidak penting, yang penting adalah bagaimana hidupmu bermanfaat untuk orang lain. 

Wajar kalau manusia melihat penampilan, yang penting tetap hasil akhirnya," ujarnya.

Agus juga mengaku bahwa ia sebenarnya tidak suka dipanggil pendeta meskipun secara resmi ia adalah pemuka agama Kristen di Gereja Pantekosta di Indonesia (GPDI) Jawa Tengah.

"Agama bagi saya adalah sumber konflik. Maka, untuk menengahinya yaitu dengan aksi-aksi kemanusiaan karena kemanusiaan di atas ritual keagamaan," tegasnya.

Agus berharap agar apa yang telah ia lakukan dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi banyak orang.

"Prinsip saya sekarang, jangan mati sebelum berguna. 

Apa pun yang kamu percayai, hidupmu harus berguna untuk orang lain," pungkasnya.

Konten Terkait

PENDIDIKAN Kritik Penjurusan SMA, P2G: Setiap 5 Tahun, Anak Indonesia Jadi Kelinci Percobaan

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mengkritisi rencana Mendikdasmen Abdul Muti mengembalikan Jurusan IPA, IPS, Bahasa di SMA. Rencana tersebut dinilai terburu-buru dan tanpa kajian evaluasi terhadap implementasi kurikulum merdeka (IKM) yang baru seumur jagung.

Senin 14-Apr-2025 23:14 WIB

Kritik Penjurusan SMA, P2G: Setiap 5 Tahun, Anak Indonesia Jadi Kelinci Percobaan
LIFESTYLE Tamat Belajar, Mulai Bingung: Sekolah untuk Apa?”

Di negeri yang menjunjung...Artikel Tamat Belajar, Mulai Bingung: Sekolah untuk Apa?” pertama kali tampil pada Republik News.

Senin 14-Apr-2025 22:41 WIB

Tamat Belajar, Mulai Bingung: Sekolah untuk Apa?”
PENDIDIKAN Keren, 14 Jurnal Unusa Raih Akreditasi SINTA, Satu Tembus Scopus

Sebanyak 14 jurnal dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) meraih Akreditasi SINTA.

Jumat 11-Apr-2025 21:30 WIB

Keren, 14 Jurnal Unusa Raih Akreditasi SINTA, Satu Tembus Scopus
PERISTIWA Hari Ketujuh Pencarian, Operasi SAR Wisatawan Semarang Terseret Ombak Parangtritis Ditutup

Upaya pencarian terhadap Andreas Juliana, remaja berusia 19 tahun asal Semarang, yang terseret ombak di Pantai Parangtritis beberapa waktu lalu resmi dihentikan

Kamis 10-Apr-2025 20:27 WIB

Hari Ketujuh Pencarian, Operasi SAR Wisatawan Semarang Terseret Ombak Parangtritis Ditutup
EVENT MAN 2 Deli Serdang Gelar Halal Bihalal Di Hari Pertama Masuk Madrasah Pasca Libur Idul Fitri 1446 H

Madrasah Aliyah Negeri 2 Deli Serdang menggelar apel halal bihalal pada Rabu (09/04/2025) di Lapangan Madrasah setempat dan dihadiri oleh seluruh Peserta didik kelas X dan XI, tenaga pendidik dan kependidikan di madrasah tersebut.

Rabu 09-Apr-2025 20:41 WIB

MAN 2 Deli Serdang Gelar Halal Bihalal Di Hari Pertama Masuk Madrasah Pasca Libur Idul Fitri 1446 H

Tulis Komentar