Teks Khutbah Jumat: 5 Bahaya dan Ancaman kepada Pemilik Sifat Kikir
Jumat 15-Sep-2023 00:30 WIB
291
Foto : brominemedia.com
brominemedia.com - Sebagai makhluk sosial, maka manusia tentu tidak akan pernah lepas dari interaksi dengan kalangan lain. Oleh sebab itu, sifat rasa memiliki dan peduli hendaknya menjadi hal yang tidak terhindarkan termasuk menjauhi sifat kikir.
Setidaknya ada 5 ancaman yang akan menimpa kalangan yang tidak peduli dengan kebutuhan dan nasib kalangan di sekitarnya. Kikir juga menjadi pintu masuk bagi aneka keburukan bagi perjalanan seorang muslim.
Berikut teks khutbah jumat dengan judul ‘5 Bahaya dan Ancaman kepada Pemilik Sifat Kikir’.
Materi khutbah yang dinukil dari laman jatim.nu.or.id ini disusun oleh Kiai Muhammad Syamsudin, Pengasuh Pondok Pesantren Hasan Jufri Putri, Bawean, Gresik. Semoga dapat menjadi tambahan jariyah yang kelak dapat dipetik manfaatnya.
Setidaknya setiap pekan seperti ini, umat Islam terus diingatkan untuk senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Dapat dipastikan bahwa kalau ada pesan yang terus diingatkan minimal sekali dalam sepekan, maka hal tersebut menunjukkan hal penting. Karenanya, saya berpesan kepada diri sendiri dan jamaah yang mulia hendaknya terus menjaga takwa dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bahkan Allah Subhanahu Wa Ta'ala sudah berjanji, bahwa bagi orang yang mau bertakwa, maka akan dianugerahi solusi atau jalan keluar dari segala permasalahan.
Hadirin yang berbahagia,
Kita juga diperintahkan jangan takut dengan sesuatu yang belum terjadi. Karena hakikatnya, semua hal yang ada di dunia ini, senantiasa tidak akan pernah lepas dari genggaman takdir-Nya. Termasuk dalam urusan dunia. Ibarat air sungai yang mengalir. Apa yang kita keluarkan dan ikhtiarkan senantiasa akan berganti dengan sesuatu yang lebih baik. Itu semua adalah tanda-tanda anugerah dari-Nya.
Oleh karena itu, tidak patut bagi kita bersifat berat tangan dari melakukan amal shalih selama di dunia ini. Yakinlah, bahwa Allah SWT pasti tidak akan menyia-nyiakan itu semua. Sungguh, Allah subhanahu wata’ala Maha Kaya lagi Maha Mengetahui.
Sidang jumat yang semoga dirahmati Allah SWT,
Ada sebuah maqalah atau kutipan bijak dari Sayyidina Ali ibn Abi Thalib karamallahu wajhah yang cukup menarik. Isi dari kalimat hikmah ini merupakan inti tema khutbah kali ini, yakni sebagai berikut:
Artinya: Orang kikir hidup (di dunia) bagai orang fakir, namun kelak (di akhirat) ia akan dihisab sebagai orang kaya (hartawan).
Dalam bahasa keseharian, orang yang bakhil (kikir) itu seolah sama pengertiannya dengan seseorang yang sebenarnya kaya tapi berlagak miskin atau fakir. Mau dikelompokkan sebagai bagian dari orang fakir tidak pantas karena ia termasuk orang yang berada dan berkecukupan. Namun, ketika hendak dikelompokkan sebagai orang kaya, kesehariannya menunjukkan tabiat layaknya orang yang fakir. Gaya hidup seperti ini dicela oleh syariat, karena pihak yang berlaku demikian, hakikatnya bermaksud menghindarkan diri dari hartanya untuk tidak jatuh diberikan atau didermakan membantu orang lain.
Syekh Nawawi al-Bantani, di dalam kitab Nashaihul Ibad halaman 63 menukil keterangan dari para ahli hikmah, bahwa perilaku kikir merupakan bagian dari karakter hewani. Beliau menukil sebuah pernyataan:
Artinya: Kikir itu menghapus karakter kemanusiaan dan meneguhkan karakter kebinatangan.
Bagaimana tidak menghapus karakter kemanusiaan? Orang yang kikir punya rasa tega dengan melihat saudara yang ada di kanan kirinya masih kekurangan, sementara ia bergelimang harta. Tabiat orang kikir adalah senantiasa memperhitungkan bahwa harta yang dikeluarkan, tidak boleh keluar secara cuma-cuma, melainkan harus ada imbal baliknya. Ia senantiasa berfikir bahwa pengeluaran materi harus sebanding dengan manfaat yang didapatkan. Padahal, pengeluaran yang dimaksud di sini adalah pengeluaran yang bersifat sosial. Andaikan prinsip pengeluaran sedemikian rupa itu berhubungan dengan masalah kerja atau produksi, maka hal tersebut bisa dibenarkan. Akan tetapi, bila dikaitkan dengan urusan sosial, kemudian ia berorientasi pada imbal balik berupa pemasukan, maka itulah hakikatnya kikir yang dicela.
Dan sebagaimana ungkapan yang dinukil oleh Syekh Nawawi Banten di atas, tabiat terakhir dapat meneguhkan karakteristik hewan, karena ketiadaan mau berbagi dengan sesama. Mengapa demikian? Karena hewan tidak memiliki hati dan akal. Apa yang dia dapat harus dinikmati untuk dirinya sendiri. Lain halnya dengan watak dasar manusia, dengan anugerah hati dan akal yang dimilikinya, ia dapat merasakan dan mau berbagi penderitaan dengan orang lain. Itulah sebabnya, bila hati dan akal tidak digunakan, maka sama artinya dengan telah memasukkan diri orang tersebut layaknya berkarakter hewani.
Lanjutan Khutbah Pertama
Jamaah yang mulia,
Allah SWT memberikan sejumlah ancaman kepada orang yang kikir.
Setidaknya ada 5 ancaman yang akan diterima kalangan kikir dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Kelak di hari kiamat akan dikalungi dengan harta yang dikikirkannya.
Artinya: Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka. Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat. Milik Allah-lah warisan (apa yang ada) di langit dan di bumi. Allah Maha Teliti apa yang kamu kerjakan. (QS. Ali Imran: 180).
2. Kelak menerima azab yang hina
Di dalam QS. An-Nisa ayat 37, Allah SWT berfirman:
Artinya: (yaitu) orang yang kikir, dan menyuruh orang lain berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah diberikan Allah kepadanya. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir azab yang menghinakan.
3. Allah Maha Kaya dan tidak butuh dengan harta orang kikir
Allah SWT berfirman di dalam QS. Al-Hadid ayat 24 sebagai berikut:
Artinya: Yaitu orang-orang yang kikir dan menyuruh orang lain berbuat kikir. Barangsiapa berpaling (dari perintah-perintah Allah), maka sesungguhnya Allah, Dia Maha Kaya, Maha Terpuji.
4. Kebakhilan menjadi bagian dari kegelapan di hari kiamat
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud rahimahullah, Nabi Muhammad SAW bersabda:
Artinya: Sifat aniaya itu akan menjadi kegelapan kelak di hari kiamat. Takutlah kalian dari perbuatan tabu, karena sesungguhnya Allah Ta'ala tidak menyukai perbuatan tabu atau keji! Dan takutlah kalian dari kikir! Karena sesungguhnya kekikiran merupakan sebab rusaknya kaum sebelum kalian. Ketika kekikiran memerintahkan mereka harus dengan memutus silaturahim, maka memilih memutusnya. Ketika kekikiran memerintahkan bakhil, mereka bakhil. Ketika kekikiran memerintahkan berbuat tidak terpuji (fujur), mereka berlaku tak terpuji. (HR. Abu Dawud)
5. Nabi senantiasa berdoa agar dijauhkan dari sifat kikir
Di dalam sebuah hadis, disampaikan sebuah penjelasan bahwa Rasulullah senantiasa berdoa sebagai berikut:
Artinya: Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa prihatin dan susah, dari sifat lemah dan malas, dari sifat kikir dan pengecut, dari belitan utang dan tunduk pada seseorang. (HR Bukhari-Muslim)
Doa Nabi Muhammad di atas secara tidak langsung menunjukkan pengertian, bahwa hendaknya kita menjauhi sifat kikir itu di antara sifat-sifat lainnya yang dicela. Maka dari itulah, kita tidak heran bila kemudian Sayyidina Ali ibn Abi Thalib mengatakan sebuah kalimat hikmahnya sebagai berikut:
Artinya: Aku heran dengan orang yang bakhil. Ia menyegerakan kefakiran yang karenanya ia berusaha lari dan memilih meninggalkan rasa kecukupan yang selama ini ia cari-cari. Ia hidup di dunia sebagai orang fakir padahal kelak di akhirat ia dihisab sebagai orang kaya.
Sidang Jumat yang Berbahagia
Walhasil, tidak patut bagi kita untuk berlaku kikir. Nabi Muhammad telah banyak memberi suri teladan mengenai jiwa sosial ini. Untuk itu, sebagai umatnya, seyogyanya kita mencontoh akhlak dan teladan Nabi Muhammad ini. Karena bagaimanapun, kelak di hari kiamat, kita membutuhkan syafaat dari Nabi Muhammad. Bagaimana kita mau mendapatkan syafaat, bila kita tidak meneladani apa yang telah Nabi Muhammad sampaikan dan banyak kesempatan.
Jenazah Almarhum Emmeril Kahn Mumtadz atau Eril telah sampai di Pemakaman Keluarga Islamic Center Baitul Ridwan, Cimaung, Kabupaten Bandung pada hari Senin (13/6), pukul 11.00 WIB.