Basarnas Minta Jurnalis Peka Saat Peliputan Bencana, Utamakan Nyawa dan Privasi Korban
Selasa 23-Dec-2025 20:36 WIB
12
Foto : tribunnews
Brominemedia.com - Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) menegaskan pentingnya pemahaman dan kepatuhan jurnalis terhadap prosedur peliputan bencana, khususnya saat berlangsung operasi pencarian dan pertolongan (SAR).
Keselamatan jurnalis menjadi prioritas utama tanpa mengesampingkan kepentingan publik atas informasi.
Kepala Seksi Operasional dan Siaga Basarnas Palembang, Mancarah Wanto, mengatakan kehadiran media di lokasi bencana sangat dibutuhkan.
Namun harus tetap tertib dan tidak mengganggu jalannya operasi SAR.
“Jurnalis wajib melapor dan berkoordinasi dengan posko SAR, mengikuti arahan petugas berwenang, serta menggunakan identitas pers resmi saat meliput,” kata Mancarah dalam Workshop Media Safety, Emergency and Crisis Reporting yang digelar Garuda Rescue Nusantara (GRN) di Hotel Harper Palembang, Selasa (23/12/2025).
Ia menjelaskan, jurnalis juga harus mengutamakan keselamatan pribadi dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai kondisi lapangan, menjaga jarak aman dari area evakuasi, serta siap menghentikan aktivitas peliputan apabila diminta petugas demi kelancaran operasi.
Dari sisi etika, Mancarah menekankan pentingnya menghormati privasi korban dan keluarga, menghindari konten yang tidak pantas atau sensasional, serta memastikan akurasi informasi dengan mengonfirmasi data kepada sumber resmi.
“Dokumentasi di lokasi bencana harus digunakan untuk kepentingan publik, bukan untuk tujuan sensasional,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan agar jurnalis bersikap empatik dan peka terhadap kondisi psikologis korban, serta tidak memaksakan wawancara di tengah situasi darurat.
Lebih lanjut, Mancarah memaparkan peran strategis media dalam mitigasi bencana, mulai dari edukasi masyarakat terkait jenis dan tanda-tanda bencana, langkah penyelamatan diri, hingga penyebaran informasi peringatan dini seperti cuaca ekstrem, gempa bumi, banjir, dan tanah longsor.
Media juga diharapkan mendorong kesiapsiagaan masyarakat melalui simulasi bencana dan pembentukan budaya sadar bencana.
Sementara itu, Jurnalis Tribun Sumsel, Abriansyah Liberto, menegaskan bahwa keselamatan merupakan prinsip utama dalam liputan bencana.
“Tidak ada berita yang lebih berharga daripada nyawa. Tekanan deadline tidak boleh mengalahkan keselamatan,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya mitigasi sebelum liputan, penggunaan APD sebagai kebutuhan wajib, serta kepatuhan terhadap arahan petugas SAR, BNPB, TNI, dan Polri yang lebih memahami kondisi medan.
Sedangkan Ketua Pelaksana Kegiatan, Muhajir Rodli, menjelaskan bahwa Garuda Rescue Nusantara lahir dari pengalaman panjang PT Putra Perkasa Abadi (PPA) dalam dunia tanggap darurat dan keselamatan kerja, khususnya di sektor berisiko tinggi seperti pertambangan.
“Budaya keselamatan tidak boleh berhenti di dalam pagar industri. Nilai ini harus dibagikan kepada masyarakat luas, termasuk profesi jurnalis,” katanya.
Menurutnya, workshop ini bertujuan membekali jurnalis agar dapat bekerja secara aman, profesional, dan bertanggung jawab di situasi darurat dan krisis.
“Keselamatan adalah nilai utama. Kami berharap jurnalis tetap dapat menjalankan tugasnya tanpa mengorbankan keselamatan jiwa,” ujarnya.
Workshop ini diharapkan memperkuat sinergi antara media, Basarnas, dan para pemangku kepentingan dalam penanggulangan bencana, sekaligus membangun budaya keselamatan di tengah masyarakat.