Minggu 01-Jun-2025 20:43 WIB
Foto : tribunnews
Brominemedia.com – Anggota DPR RI sekaligus Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Bambang Soesatyo, mengingatkan peringatan hari lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni merupakan momen penting bagi masyarakat Indonesia untuk merenungkan kembali nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi bangsa ini.
Dalam era di mana informasi bergerak dengan cepat melalui media digital, tantangan untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa menjadi semakin kompleks.
Karenanya, nilai-nilai dalam lima sila Pancasila yang menyatukan seluruh elemen masyarakat Indonesia, harus diinternalisasikan dalam setiap interaksi di ruang digital.
"Perayaan hari lahir Pancasila tidak boleh hanya menjadi seremoni belaka. Tetapi harus menjadi momentum untuk merefleksikan kembali peran setiap individu dalam menjaga persatuan bangsa, terutama di ruang digital yang kini menjadi medan baru perjuangan nilai," kata Bamsoet di Jakarta, Minggu (1/5/2025).
"Merayakan Pancasila berarti menanamkan semangat persatuan dalam algoritma kehidupan sehari-hari. Meskipun kita berbeda suku, agama, pilihan politik, atau preferensi budaya, kita tetap satu bangsa, satu tanah air, dan satu bahasa: Indonesia," ujar Bamsoet di Jakarta, Minggu (1/5/2025).
Ketua MPR ke-15 dan Ketua DPR ke-20 ini memaparkan, era digital membawa dampak luar biasa dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Data dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa pada tahun 2024, jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai lebih dari 215 juta orang, atau sekitar 78 persen dari total penduduk Indonesia.
Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia kini hidup dan berinteraksi di ruang digital. Dunia maya bukan lagi pelengkap, melainkan menjadi ruang utama di mana ideologi, opini, dan identitas dibentuk serta dibagikan.
Namun, kemajuan teknologi ini juga membawa tantangan serius bagi persatuan bangsa. Polarisasi politik, penyebaran hoaks, ujaran kebencian, dan meningkatnya intoleransi berbasis agama, etnis, maupun pandangan politik kerap bermula dan berkembang di media sosial.
Menurut data Kementerian Komunikasi dan digital, terdapat ribuan laporan konten negatif yang menyebar di platform digital, menunjukkan bahwa tantangan dalam menjaga persatuan menjadi semakin mendesak.
"Fenomena 'echo chamber' dan algoritma yang hanya menyajikan informasi sesuai preferensi pengguna telah mempersempit ruang dialog dan memperlebar jurang perbedaan. Dalam hal ini, nilai-nilai Pancasila, khususnya sila ketiga yaitu 'Persatuan Indonesia', menjadi sangat relevan untuk kembali ditegakkan, terutama di dunia digital," kata Bamsoet.
Lebih lanjut ini menjelaskan, tantangan lain yang perlu dicermati adalah ancaman disinformasi yang datang dari luar negeri dan dimanfaatkan untuk mengganggu stabilitas nasional.
Dalam konteks geopolitik global, Indonesia sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia memiliki posisi strategis, dan ruang digital Indonesia bukanlah ruang yang steril.
"Karenanya, meneguhkan nilai-nilai Pancasila, khususnya semangat persatuan, juga menjadi bagian dari ketahanan nasional di era digital. Ketahanan ini hanya akan kuat jika masyarakat memiliki kesadaran kolektif bahwa identitas digital kita adalah bagian dari identitas kebangsaan," urai Bamsoet.
Konten Terkait