Jumat 24-Oct-2025 20:25 WIB
Foto : tribunnews
Brominemedia.com - Fakultas Teknologi Industri (FTI) Institut Teknologi Bandung bekerja sama dengan PKBM Al Insan telah melaksanakan kegiatan “Sosialisasi dan Serah Terima Unit Pemanfaatan Bintaro (Cerbera manghas / Cerbera odollam) sebagai Bahan Baku Biodiesel dan Biopellet” pada 15 September 2025 lalu.
Kegiatan yang dilakukan di Desa Cikeusi, Kabupaten Sumedang ini bertujuan unutuk mendorong pemanfaatan sumber daya lokal yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal.
Dr. Astri Nur Istyami, Ketua Tim Pengabdian Masyarakat mengatakan, Bintaro merupakan tanaman yang umum dijumpai sebagai pohon peneduh di pinggir jalan, khususnya di wilayah perkotaan dan sepanjang jalan tol.
Buahnya yang berwarna hijau, kemudian berubah kecoklatan saat matang, sering kali tampak berceceran di tanah tanpa pemanfaatan.
Namun, buah bintaro ternyata memiliki potensi diolah menjadi bahan bakar alternatif.
"Bintaro di Indonesia umumnya berasal dari dua spesies yaitu Cerbera manghas dan Cerbera odollam. Keduanya menghasilkan buah yang tidak dapat dikonsumsi karena mengandung senyawa cerberin yang sangat beracun, sehingga bahkan dikenal sebagai suicide tree di beberapa negara." kata Dr Astri dalam keterangan resminya.
Namun di balik sifat toksiknya, buah bintaro menyimpan potensi energi.
Bijinya mengandung 40–60 persen minyak, dengan dominasi asam oleat, yakni jenis asam lemak tak jenuh tunggal yang relatif stabil secara oksidatif dan tidak mudah membeku dalam suhu rendah—karakteristik penting dalam produksi biodiesel.
Pada kesempatan yang sama, tim pengabdian masyarakat dari FTI ITB merancang dan menyerahkan unit pengolahan bintaro sederhana, yang dapat digunakan untuk mengubah buah bintaro menjadi biopellet dan minyak mentah untuk biodiesel.
Menurut Dr Astri dalam prosesnya melibatkan pemecahan buah bintaro dengan alat khusus karena struktur sabutnya yang sangat keras, dilanju dengan pencetakan daging buah (sabut) menjadi biopellet, yaitu bahan bakar padat alternatif, kemudian dilakukan pemisahan biji bintaro untuk menghasilkan minyak, yang selanjutnya dapat diolah menjadi biodiesel.
"Buah bintaro yang digunakan dalam kegiatan ini diperoleh dari limbah peneduh jalan tol terdekat. Hal ini menunjukkan bahwa energi alternatif dapat berasal dari limbah yang selama ini dianggap tidak berguna," terangnya.
Kegiatan sosialisasi dan pelatihan ini dihadiri oleh sekitar 30 orang warga Desa Cikeusi.
Nur Rizky Lestari, Kepala PKBM Al Insan mengatakan ia dan warga mendapatkan ilmu dari kegiatan sosialisasi ini.
"Karena masih kurangnya ilmu pengetahuan masyarakat Desa Cikeusi terkait pemanfaatan buah bintaro. Adanya sosialisasi ini sangat membantu masyarakat mengetahui proses pemanfaatan bintaro," katanya.
Sementara itu, Mulyana Bayu, Sekretaris Desa Cikeusi yang mewakili Kepala Desa, turut mengapresiasi kegiatan ini.
"Mudah-mudahan warga kami bisa mengembangkannya lebih baik dan bisa memberikan manfaat bagi warga kami, terutama untuk bahan bakar pengganti LPG karena biopellet dari bintaro ini rupanya merupakan bahan bakar yang ekonomis." ujarnya.
Salah satu keunggulan utama pohon bintaro adalah kemampuannya untuk tumbuh di lahan marginal yakni lahan yang kering, kurang subur, dan tidak cocok untuk pertanian pangan.
Hal ini memungkinkan bintaro untuk dibudidayakan tanpa mengganggu kebutuhan pangan atau menyebabkan deforestasi.
Menurut Dr Astri, minyak bintaro tidak bersaing dengan industri pangan karena kandungan cerberinnya yang toksik.
Hal ini menjadikannya alternatif bahan baku biodiesel yang berkelanjutan dan minim konflik.
Diharapkan, inovasi ini dapat menjadi contoh konkret dalam diversifikasi sumber energi di tingkat desa dengan memanfaatkan potensi lokal yang ada.
Bintaro hanyalah satu dari lebih dari 30.000 spesies tanaman di Indonesia yang menyimpan potensi luar biasa.
Melalui pengolahan yang tepat, limbah dan tanaman liar pun dapat diubah menjadi energi yang ramah lingkungan dan terjangkau.
"Kegiatan pengabdian masyarakat FTI ITB ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membangun model ekonomi sirkular di desa di mana limbah menjadi sumber daya, dan teknologi menjadi penghubung antara sains dan kesejahteraan masyarakat," pungkasny.
Konten Terkait