Selasa 09-Aug-2022 13:36 WIB
253

Foto : sindonews
brominemedia.com –
Kini lembaga keuangan beradaptasi seiring berkembangnya industry digital dengan
menghadirkan layanan keuangan digital yang lebih efisien, aman, cepat serta
mengedepankan faktor kesehatan di tengah situasi pandemi saat ini.
Untuk memudahkan masyarakat, berbagai lembaga keuangan
ramai-ramai menghadirkan financial technology (fintech) sebagai solusi yang
tepat. Dengan menggunakan ponsel dan internet, setiap orang sudah bisa
mengakses berbagai aplikasi fintech.
Namun, kemudahan tersebut juga perlu diimbangi dengan adanya
edukasi mengenai fintech. Kurangnya edukasi terhadap literasi keuangan,
mengakibatkan beragam kasus yang merugikan para nasabah.
Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan
Konsumen, Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan teknologi informasi telah
mendorong maraknya internet yang pada akhirnya mendorong tingkat inklusi dan
keuangan nasional.
“Transaksi digital memang telah memudahkan hidup kita, dan
menciptakan sebuah gaya hidup baru. Namun demikian, dunia digital juga
mengandung potensi kerawanan karena kita masih memiliki tingkat literasi
keuangan dan literasi digital yang rendah,” ucapnya dalam webinar IKWI yang
mengusung tema ‘Sehat Kelola Dana dengan Fasilitas Pinjol dan Uang Digital’.
Acara tersebut bertepatan dengan ulang tahunIkatan Keluarga
Wartawan Indonesia (IKWI) ke-61 dan digelar secara hybrid pada Selasa (9/8).
Ia melanjutkan, OJK membentuk Satgas Waspada Investasi dan
sampai dengan Juni 2022 telah menutup 1.130 penawaran investasi illegal, 4.089
pinjol ilegal, dan 165 gadai ilegal.
Selain itu, OJK bersama dengan lembaga lainnya juga terus
berupaya mengoptimalkan penggunaan fintech untuk peningkatan keuangan inklusif.
Ada empat inisiatif yang telah dan terus dilakukan oleh OJK.
1.
Program Literasi dan Edukasi Keuangan Secara
Massif Program edukasi keuangan hanya akan berjalan efektif apabila dilakukan
menggunakan delivery channel yang paling sesuai dengan karakteristik
masyarakat.
“Oleh karena itu, kami menggarisbawahi
pentingnya melakukan program edukasi keuangan dengan menggunakan media digital,
yang saat ini telah menjadi gaya hidup baru bagi para millennial,” ujar
Friderica. Selain itu, lanjutnya, OJK juga terus menambah kanal layanan
informasi dan pengaduan yang dapat dijangkau oleh konsumen dan masyarakat.
2.
Pengembangan
Produk Keuangan OJK juga terus mendukung inovasi produk teknologi untuk
menciptakan produk-produk keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik masyarakat, seperti accessible, flexible, dan affordable.
3.
Penerapan Prinsip-prinsip Perlindungan Konsumen
OJK berkeyakinan bahwa perlindungan konsumen industri jasa keuangan merupakan
salah satu fondasi dasar dalam membangun industri keuangan yang kokoh di suatu
negara.
“Peran consumer protection dalam menjaga
kepercayaan masyarakat atau trust dalam hal ini sangat penting. Karena “trust”,
merupakan sebuah prasyarat bagi pengembangan industri jasa keuangan kita,”
4.
Optimalkan Satgas Waspada Investasi Mengingat
tindakan melawan hukum di bidang penghimpunan dana dan pengelolaan investasi
sebagian besar merupakan tindakan yang bersifat lintas yurisdiksi, maka
keberadaan Satgas Waspada Investasi yang terdiri dari 12 Kementerian/Lembaga,
mutlak diperlukan.
Pada kesempatan ini, Friderica juga berpesan, ketika memilih
perusahaan fintech peer-to-peer lending atau investasi pada uang digital.
Perlu dicatat, bahwa segala aktifitas keuangan, baik
pinjaman atau investasi, harus dilakukan pada lembaga jasa keuangan yang telah
memiliki izin resmi dari lembaga yang berwenang atau legal.
“Pastikan dengan seksama, apakah perusahaan tersebut telah
berizin, dan apakah perusahaan tersebut melakukan kegiatan sesuai dengan izin
yang telah diberikan. Dalam kaitan dengan legalitas ini, Bapak Ibu sekalian
bisa menghubungi telepon Kontak OJK 157 atau melalui WA ke 081-157-157-157,”
tuturnya.
Lebih lanjut, ia menegaskan, ketika meminjam secara online,
pilih perusahaan Fintech yang paling sesuai, dan pinjamlah sesuai kebutuhan dan
kemampuan membayar.
Upayakan melakukan pinjaman yang bersifat produktif, dan
kurangi pinjaman konsumtif.
“Jika kita ingin berinvestasi, jangan mudah
terbuai dengan janji keuntungan tinggi. Investasi kita harus logis, artinya
perusahaan investasi menjanjikan tingkat imbal hasil yang wajar dan logis,”
ucapnya.

Konten Terkait
Usaha Paytren milik Yusuf Mansur tak beroperasi lagi, menyusul pencabutan izin oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK)
Selasa 14-May-2024 21:04 WIB
OJK menjelaskan pendapatan premi sektor asuransi mengalami kenaikan signifikan.
Selasa 04-Apr-2023 05:00 WIB
Presiden Jokowi menunjuk sembilan orang sebagai panitia seleksi Dewan Komisioner OJK. Selain Sri Mulyani yang masuk daftar, siapa saja lainnya?
Selasa 28-Mar-2023 04:43 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Fintech Society (Ifsoc) menilai penutupan Silicon Valley Bank (SVB) yang terjadi di tengah tech winter saat ini perlu dilihat sebagai sinyal dan peringatan dini agar...
Jumat 17-Mar-2023 02:10 WIB
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi mencabut izin usaha PT Bank Perkreditan Rakyat Bagong Inti Marga (Bank Bagong).
Jumat 03-Feb-2023 23:47 WIB