Selasa 29-Jul-2025 20:28 WIB
Foto : tribunnews
Brominemedia.com – Nur menjadi saksi dari pertumbuhan kampus Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) Malang. Pedagang makanan ini sangat tahu betul perkembangan kampus yang berada di Jalan Mojosari, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
UNIRA berdiri pada tahun 1986 dengan nama Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT), kemudian berubah menjadi STAI Raden Rahmat pada tahun 2010. Sesuai SK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) nomor 188/E/O/2014 pada 1 Juli 2014, kampus ini berubah nama menjadi Universitas Islam Raden Rahmat (UNIRA) Malang.
Warungnya yang berada sekitar 20 meter dari kampus membuat Nur sangat mengetahui pertumbuhan kampus Unira. Nur mengaku sudah berjualan di tempat itu sejak 30 tahun silam atau sekitar tahun 1995. "Dulu jualan di sini masih sepi, karena sekelilingnya sawah. Saya termasuk penjual pertama di sini," kata Nur kepada SURYAMALANG.COM, Minggu (27/7).
Sekarang kawasan tersebut sudah mulai ramai. Selain ada UNIRA, juga ada SMK dan Pondok Pesantren NU Miftahul Huda, juga hotel dan fasilitas olahraga. Pertumbuhan UNIRA dan lembaga pendidikan lain ini turut menumbuhkan perekonomian masyarakat.
Dulu Nur biasa memasak rawon sampai beberapa panci untuk memenuhi permintaan pelanggan yang datang saat wisuda. Warung yang terbuat dari bambu itu selalu dipenuhi oleh wali murid yang sekedar makan atau menanti anaknya pulang sekolah. "Saat ada pondok itu, santrinya biasanya ke sini pada jam istirahat," tambahnya.
Seiring berjalannya waktu, pedagang baru bermunculan. Sudah banyak penjual nasi yang membuka dagangan di sekitar warung milik Nur. Pembeli pun memiliki banyak pilihan untuk makan. "Sekarang mungkin saya hanya masak nasi sekitar 3 kilogram (Kg). Padahal dulu bisa sampai 9 Kg," terangnya.
Untuk mempertahankan warungnya, Nur sengaja menjual makan dengan harga murah karena konsumennya adalah pelajar. Misalnya, nasi pecel dengan lauk telur, tempe, dan kerupuk dijual seharga Rp 9.000. "Biar mereka (pelajar) bisa membeli makanan di sini. Meskipun murah, dijamin mereka kenyang," imbuhnya.
UNIRA termasuk kampus swasta besar di Kabupaten Malang. Universitas berbasis pendidikan Agama Islam ini menerima mahasiswa sekitar 700 orang per tahun.
Kabag Humas UNIRA Malang, Choirul Anam mengatakan jumlah mahasiswanya stagnan. Jumlah mahasiswa yang berkuliah di UNIRA setiap angkatan antara 600 sampai 750 orang.
Menurutnya, sedikit banyaknya mahasiswa bergantung dengan kondisi perekonomian. Seperti saat pandemi Covid-19 lalu, jumlah mahasiwa sempat turun sekitar puluhan orang. "Turunnya tidak sampai 400 orang," kata Choirul.
Choirul menyadari jumlah mahasiswa di kampus ini tidak sebanding dengan lembaga swasta besar atau kampus negeri di Kota Malang. Menurutnya, keberadaan kampus swasta besar dan kampus negeri di Kota Malang menjadi tantangan bagi UNIRA.
Choirul menyebutkan kampus UNIRA berdiri memang untuk memfasilitasi mahasiswa dengan latar belakang ekonomi rendah. "Kami banyak menyerap mahasiswa dari Malang selatan. Sehingga banyak mahasiswa yang mengajukan beasiswa," jelasnya.
UNIRA melakukan berbagai upaya untuk menarik mahasiswa baru, seperti menggenjot promosi melalui digital. "Kami juga berjejaring. Kami merupakan anggota dari Lembaga Perguruan Tinggi NU (LPTNU). Kami manfaatkan jaringan ini untuk mengembangkan mahasiswa," urainya.
Program sarjana UNIRA memiliki lima fakultas, yaitu Fakultas Ilmu Keislaman dengan Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam, dan Pendidikan Guru MI. Selanjutnya Fakultas Ekonomi dan Bisnis terdapat Prodi Ekonomi Syariah, Prodi Perbankan Syariah, dan Prodi Manajemen.
Fakultas Sains dan Teknologi memiliki Prodi Agroteknologi, Prodi Teknik Elektro, Prodi Teknis Mesin, Prodi Sistem Informasi, dan Prodi Teknik Informastika. Di Fakultas Ilmu Pendidikan ada Pendidikan IPS, dan Pendidikan Guru SD.
Konten Terkait