Selasa 06-Dec-2022 10:11 WIB
174

Foto : tempo
brominemedia.com-
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda
mengatakan Indonesia kemungkinan terbebas dari resesi, tetapi bakal mengalami
perlambatan pertumbuhan ekonomi pada 2023. Kondisi itu berdampak pada seluruh
sektor industri, termasuk industri digital dan startup.
“Perlambatan itu membuat optimisme ekspetasi gross
merchandise value (GMV) menurun di 2025,” ujar Nailul dalam forum diskusi
Redefine Business Strategy for Sustainable Transformation di Hotel Sotis
Kemang, Jakarta Selatan, Senin, 5 Desember 2022.
“Laporan tahun 2021 dan 2022 yang saya ambil dari data yang
dikeluarkan oleh Google, Temasek dan Bain menyebutkan potensi GMV pada 2025
mencapai USD146 billion. Namun, pada 2022 menurun menjadi USD 130 billion,”
kata Nailul.
Investasi di sektor teknologi digital di Indonesia, Nailul
melanjutkan, juga tercatat mengalami penurunan. Pada 2021, investasi di sektor
ini mencapai Rp 144 triliun. Sedangkan pada November 2022 hanya Rp 53,58
triliun.
Adapun tren penurunan investasi di sektor teknologi digital,
menurut Nailul, tidak terlepas dari kebijakan The Fed soal tren kenaikan suku
bunga acuan. Sebab, investor melihat suku bunga acuan sebagai indikator untuk
menanamkan uang di perusahaan digital.
“Ketika cost of investment naik, investor akan berpikir ulang. Misalnya akan berhitung keuntungan apa yang didapat jika menanam uang di startup, sedangkan menanam uang di bank bisa lebih tinggi (keuntungannya),” ujar dia.

Penurunan investasi digital, kata Nailul, memang turut dirasakan oleh lini startup. Karena itu, tidak sedikit perusahaan startup yang melakukan layoff atau pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap para karyawannya. Meski, kata dia, layoff juga turut disebabkan faktor lainnya, seperti penurunan ekspetasi hingga menurunnya adopsi digital atau tingkat pemanfaatan Internet.
“Adopsi digital menurun di 2022. Tahun 2021 tercatat 75 persen, tapi semester I 2022 cuma 19 persen. Jadi, penambahan konsumen baru di e-commerce juga menurun di tahun ini,” kata Nailul.
Sementara itu, Nailul menjelaskan, startup di Indonesia selama ini hidup dari pendanaan investor, terutama investor asing. Sebab, porsi investor domestik hanya 10 persen. Sedangkan investor Asia mencapai 57 persen, USA 17 persen, Eropa 4 persen, investor tidak diketahui 11 persen, dan sumber lainnya 1 persen.
“Ketika menghadapi tech winter, kita harap investasi di domestik meningkat. Entah didorong BUMN maupun yang lain. Itu bisa menjadi motor penggerak bagi pendanaan startup di Indonesia agar bisa bersaing dan tetap beroperasional,” tutur Nailul.
Konten Terkait
Detik-detik kemarahan dua pemain ini terlihat selepas mencatatkan gol kedua di mana Persija Jakarta justru kena serangan sporadis Persita Tangerang.
Minggu 19-Jan-2025 21:19 WIB
Belum ada, masih menunggu hasil labfor (laboratorium forensik). Mudah-mudahan segera ada informasi,
Jumat 27-Dec-2024 20:48 WIB
REPUBLIKA.CO.ID, BAKU -- Pesawat Embraer 190 milik Azerbaijan Airlines yang membawa 69 orang dari Grozny, Rusia, dilaporkan jatuh sekitar tiga kilometer dari Bandara Aktau, Kazakhstan pada Rabu (25/12/2024). Otoritas...
Rabu 25-Dec-2024 20:52 WIB
Alasan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan walk out saat Presiden RI Prabowo Subianto berbicara menjadi pertanyaan masyarakat Indonesia
Minggu 22-Dec-2024 20:34 WIB
Begini Nasib Sopir Truk yang Jadi Penyebab Kecelakaan Beruntun Tol Cipularang
Selasa 12-Nov-2024 20:22 WIB