Selasa 12-Aug-2025 20:36 WIB
Foto : suara
Brominemedia.com – Sebuah tren hiburan yang marak di tengah masyarakat Lumajang kini membawa dampak serius bagi kesehatan publik.
Fenomena penggunaan sound system berkekuatan dahsyat atau yang populer disebut "sound horeg" dalam berbagai acara hajatan dan karnaval, diduga kuat menjadi penyebab utama lonjakan pasien dengan keluhan gangguan pendengaran.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Haryoto Lumajang mencatat data yang mengkhawatirkan.
Dalam beberapa bulan terakhir, poli Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT) mengalami peningkatan jumlah pasien hingga 25%.
Mayoritas dari mereka datang dengan keluhan seputar fungsi pendengaran yang menurun, telinga berdengung, hingga rasa nyeri yang mengganggu.
Dokter Spesialis THT RSUD dr. Haryoto, Aliyah Hidayati, mengungkapkan adanya korelasi kuat antara peningkatan pasien ini dengan maraknya perhelatan yang menggunakan pengeras suara berintensitas ekstrem.
Setelah melakukan anamnesis atau wawancara medis mendalam, ditemukan sebuah pola yang berulang pada para pasien.
“Jumlah pasien gangguan telinga meningkat akibat suara keras dari sound horeg. Setelah kami telusuri, kebanyakan mengaku gejala muncul usai menghadiri acara atau terpapar dari rumah tetangga yang menyewa sound horeg,” ujar Aliyah Hidayati saat dikonfirmasi pada Sabtu (9/8/2025).
Temuan ini menunjukkan bahwa paparan suara bising dari "sound horeg" tidak hanya berisiko bagi mereka yang berada di dekat sumber suara, seperti panitia atau penonton karnaval.
Warga yang tinggal di sekitar lokasi hajatan pun menjadi korban pasif.
Getaran dan kebisingan yang dihasilkan mampu menembus dinding rumah dan memberikan paparan suara berbahaya secara terus-menerus selama acara berlangsung.
Lebih lanjut, Aliyah menjelaskan bahwa paparan suara ekstrem ini tidak hanya memicu masalah baru, tetapi juga dapat memperburuk kondisi pasien yang sebelumnya sudah memiliki riwayat gangguan telinga. Ini menjadi ancaman ganda yang sangat serius.
“Pasien THT juga dimungkinkan karena sebelumnya ada gangguan telinga kemudian ada tetangganya hajatan menyewa sound horeg sehingga memperparah kondisi gangguan telinga,” terang Aliyah.
Kondisi ini ibarat menyiram air garam pada luka.
Seseorang yang mungkin hanya mengalami gangguan ringan bisa menderita kerusakan permanen akibat paparan suara yang begitu masif. Kerusakan pada sel-sel rambut halus di dalam telinga bagian dalam (koklea) akibat suara bising bersifat ireversibel atau tidak dapat pulih kembali.
Konten Terkait