Bareskrim Tetapkan Mantan dan Presiden ACT sebagai Tersangka Dugaan Penyelewengan Dana

Foto : okezone

brominemedia.com – Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri menetapkan empat tersangka kasus penyelewengan dana di Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT).

Mereka adalah Mantan Presiden sekaligus pendiri ACT, Ahyudin (A), Presiden ACT Ibnu Khajar (IK), serta dua tersangka lain yang berinisial HH dan NIA.

Wakil Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Kombes Helfi Assegaf dalam konferensi pers di Mabes Polri, Jakarta, Senin (25/7) mengatakan bahwa Ahyudin menjadi tersangka karena ia masih menjabat sebagai Ketua Pembina ACT saat kejadian berlangsung. Sementara, Ibnu Khajar menjabat sebagai pengurus yayasan ACT.

Helfi mengatakan bahwa para tersangka belum ditahan karena pihaknya masih akan melakukan gelar perkara terkait penahanan.

Dalam menangani kasus ini, Bareskrim telah memeriksa sejumlah saksi termasuk Ahyudin dan Ibnu Khajar.

Ahyudin dan Ibnu banyak ditanya mengenai struktur, tugas, dan tangung jawab hingga penggajian di ACT.

Selain itu, Bareskrim juga menduga bahwa ACT menyalahgunakan dana dari pihak Boeing untuk korban kecelakaan pesawat Lion Air JT-610 tahun 2018. Pasalnya, Boeing menunjuk ACT sebagai pengelola dana sosial. Semula, dana diperuntukkan untuk membangun fasilitas pendidikan sesuai dengan rekomendasi para ahli waris korban.

"Pengurus Yayasan ACT dalam hal ini saudara Ahyudin selaku pendiri merangkap ketua, pengurus dan pembina serta saudara Ibnu Khajar selaku ketua pengurus melakukan dugaan penyimpangan sebagian dana sosial atau CSR dari pihak Boeing untuk kepentingan pribadi masing-masing berupa pembayaran gaji dan fasilitas pribadi," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan, Sabtu (9/7).

Tak hanya itu, polisi juga menduga, 10 persen hingga 20 persen dana sosial yang dikelola ACT digunakan untuk menggaji karyawan. Bahkan, ACT diduga melakukan pencucian uang melalui perusahaan cangkang.

Adapun dugaan penyelewengan dana ini diketahui berawal setelah Majalah Tempo membuat laporan jurnalistik yang berjudul “Kantong Bocor Dana Umat”.

PPATK menemukan indikasi terkait penyelewengan dana yayasan ACT untuk kepentingan pribadi dan kegiatan terlarang.