Selasa 09-Dec-2025 20:16 WIB
Foto : mediaindonesia
Brominemedia.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Kamboja dan Thailand segera menghentikan eskalasi kekerasan setelah bentrokan bersenjata kembali pecah di perbatasan pada Senin (8/12), yang menewaskan enam orang.
Seorang pejabat senior pemerintahan Trump mengatakan bahwa presiden ingin kedua negara mematuhi perjanjian damai yang telah disepakati pada Oktober lalu. Kesepakatan itu tercapai melalui mediasi Malaysia dan Amerika Serikat.
"Presiden Trump berkomitmen untuk terus menghentikan kekerasan dan berharap pemerintah Kamboja dan Thailand sepenuhnya menghormati komitmen mereka untuk mengakhiri konflik ini," kata pejabat tersebut yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Saling Klaim Serangan Pertama
Ketegangan kembali meningkat setelah seorang tentara Thailand tewas dan empat prajurit lainnya terluka dalam baku tembak di perbatasan pada Senin dini hari.
Pemerintah Thailand menuduh Kamboja melepaskan tembakan pertama, sementara Kamboja membantah dan balik menuding Thailand sebagai pihak yang memulai serangan. Adu klaim ini terjadi setelah beberapa hari ketegangan antara kedua negara meningkat.
Dampak ke Warga Sipil
Menanggapi insiden tersebut, Thailand mengerahkan jet tempur F-16 untuk menargetkan infrastruktur militer Kamboja di wilayah perbatasan.
Di sisi lain, Kamboja dilaporkan menembakkan roket ke area permukiman Thailand di Ban Sai Tho 10, Distrik Ban Kruat, Provinsi Buri Ram.
Pemerintah Thailand menyatakan sedikitnya 438.000 warga dari lima provinsi perbatasan telah dievakuasi. Ratusan ribu warga Kamboja juga dipindahkan ke tempat yang dianggap aman.
Militer Thailand menyebut 18 tentaranya mengalami luka, sementara pihak Kamboja melaporkan sembilan warga sipil mereka terluka akibat serangan.
Sementara itu, laporan AFP pada Selasa (9/12) pagi menyebut enam orang tewas akibat baku tembak, seluruhnya berasal dari pihak Kamboja.
Gencatan Senjata
Thailand dan Kamboja saat ini berada dalam masa gencatan senjata, namun saling menuduh telah melanggar kesepakatan yang dimediasi Presiden Donald Trump.
Konflik besar pertama antara kedua negara terjadi pada Juli lalu dan berlangsung selama lima hari.
Setelahnya, Bangkok dan Phnom Penh menandatangani perjanjian damai di Kuala Lumpur pada Oktober atas dorongan Trump dan Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, yang memimpin ASEAN tahun ini.
Sedikitnya 48 orang tewas dan sekitar 300.000 warga mengungsi akibat konflik Juli tersebut. (CNN/Fer/I-1)
Konten Terkait