Sekolah Rakyat Jadi Titik Balik Bocah Pencari Rumput dari Solok
Senin 15-Dec-2025 20:20 WIB
6
Foto : tempo
Brominemedia.com - Hamparan sawah di Solok, Sumatera Barat, menjadi rumah kedua bagi Agus Alfajri. Bocah itu lebih sering menghabiskan waktu di pematang sawah ketimbang di ruang belajar. Setiap pulang sekolah, tangannya yang masih kecil menggenggam sabit untuk mencari rumput. Sebagian untuk pakan ternak keluarga, sebagian lagi dijual demi menambah penghasilan.
Anak bungsu dari enam bersaudara ini terbiasa memutar otak demi mencukupi kebutuhan harian. Penghasilan ayahnya sebagai petani tak menentu. Pendidikan Fajri pun sempat berada di ujung tanduk.
Namun Fajri tak pernah mengeluh. Ia justru terus membantu orang tuanya. “Saya kasihan sama Bapak. Punggungnya kena panas, kadang lebam,” ucap remaja 13 tahun itu lirih.
Hari-harinya dimulai sejak pukul 05.00 pagi. Sepulang sekolah, Fajri langsung menuju sawah mencari rumput, lalu mandi dan pergi mengaji. Setiap hari, kecuali Minggu, ia mengaji di surau dekat rumah.
Kesibukan membantu keluarga membuat waktu belajarnya sering tergerus. Pola makan pun tak selalu teratur. “Makannya sehari-hari, kadang-kadang sekali, kadang-kadang dua kali. Kadang beras tidak mencukupi untuk makan siang,” katanya.
Titik balik hidup Fajri datang saat ia diterima di Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 5 Solok. Awalnya, perpisahan dengan orang tua terasa berat. “Hari-hari pertama saya sedih terus. Rindu Bapak dan Ibu,” ujarnya.
Pelan-pelan, Fajri mulai membuka diri. Ia berkenalan dengan teman-teman baru dan menemukan lingkungan belajar yang aman serta nyaman—sesuatu yang sebelumnya tak pernah ia rasakan. “Setelah beberapa hari, saya merasa bahagia. Temannya baik-baik semua. Gurunya baik-baik,” tuturnya.
Di SRMP 5 Solok, Fajri kini bisa makan teratur, tidur cukup, dan belajar dengan tenang. Fasilitas pendidikan yang tersedia memberinya ruang untuk tumbuh. “Di sini saya lebih konsentrasi. Makanan teratur, fasilitas lengkap. Pikiran saya tenang,” katanya.
Perubahan itu tercermin dari semangat belajarnya. Dalam waktu singkat, Fajri bahkan dipercaya menjadi Ketua OSIS SRMP 5 Solok—sebuah pencapaian yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Kini, ia menyimpan cita-cita menjadi tentara. Baginya, seragam hijau bukan sekadar impian, melainkan jalan untuk melindungi keluarga dan bangsa. “Saya ingin membanggakan orang tua. Ingin cita-cita saya tercapai,” ujarnya.
Kesempatan untuk bersekolah dengan tenang dan nyaman membuat Fajri bersyukur. Di ruang belajar yang aman, ia tak lagi memikirkan rumput atau beras yang menipis, melainkan masa depan.
“Terima kasih kepada Bapak Prabowo, Kementerian Sosial, dan Kepala Sekolah yang sudah memberi fasilitas kepada saya sampai saya bisa seperti sekarang,” ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca.
Fajri harus menyabit rumput untuk membantu orang tua agar keluarganya bisa tetap makan. Nyaris putus sekolah, kini ia bisa belajar lagi dengan tenang dan nyaman di Sekolah Rakyat demi menggapai cita-cita menjadi tentara.
Perjalanan Muhammad Al Faqry Hasanuddin membuktikan bahwa mimpi setinggi langit bisa tumbuh dari hutan, asal ada keberanian, kesempatan, dan pendidikan yang berpihak.
Korea Utara mengirim 5.000 tentara ke Rusia disebut untuk misi rekonstruksi infrastruktur. Korut diperkirakan kehilangan 2.000 tentara dalam perang Ukraina.
Menteri Sosial Saifullah Yusuf berdiskusi dengan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung membahas program strategis Presiden Prabowo Subianto di Balai Kota DKI Jakarta.