Negara Berkembang Sepakat Kurangi Pemakaian Dolar AS Hingga Nol
Selasa 03-Sep-2024 21:00 WIB
105
Foto : mediaindonesia
Brominemedia.com – Negara berkembang atau yang sering disebut kelompok global south sepakat untuk mengurangi penggunaan dolar Amerika Serikat (AS) sebagai mata uang perdagangan. Hal itu untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi di negara-negara berkembang ke depan.
"Ini yang masih kami rumuskan bersama South Center karena kita tahu bahwa selama ini didominasi oleh dolar," ujar Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas, Bogat Widyatmoko, seusai penyelenggaraan Forum Tingkat Tinggi Kemitraan Multipihak (High Level Forum on Multi Stakeholder Partnerships/HLF MSP) 2024, Selasa (3/9).
Menurut Bogat, dengan tidak menggunakan dolar AS, perdagangan di antara negara-negara berkembang akan lebih mudah. Mereka akan membahas lebih lanjut dan merumuskan skema atau mata uang baru yang bisa dijadikan mata uang perdagangan dan investasi di negara-negara berkembang ke depannya.
"Jadi untuk memudahkan perdagangan terutama di negara-negara Selatan-Selatan maka kami bersama-sama dengan South Center dan dibantu oleh UNCTAD dan salah satu lembaga pembiayaan akan merumuskan itu," imbuh Bogat.
Dia menambahkan bahwa negara-negara berkembang menargetkan mata uang perdagangan baru bisa diimplementasikan dalam 3 tahun mendatang."Kami harapkan, kami targetkan dalam 3 tahun ke depan sudah ada rumusan yang pasti sehingga bisa diaplikasikan dalam perdagangan dan investasi di negara-negara Selatan-Selatan," kata Bogat.
HLF MSP yang berlangsung di Bali selama tiga hari berhasil merumuskan skema pembiayaan pembangunan berkelanjutan dengan platform perdagangan dan investasi. Platform bantuan yang sebelumnya selalu diandalkan, ke depan bukan menjadi platform utama.
Perdagangan dan investasi di antara negara-negara berkembang akan dipermudah dengan mengurangi pajak hingga penggunaan mata uang perdagangan selain dolar AS.
HLF MSP diikuti perwakilan 26 negara berkembang yang meliputi perwakilan pemerintah,organisasi internasional, organisasi nonpemerintah, sektor swasta, filantropi, lembaga think tank, komunitas akademisi, hingga bank multilateral.
Salah satu beban negarawan, seperti kapten di pucuk pimpinan kapal, adalah mengenali perubahan pasang surut yang mereka lalui, dan kemudian menavigasi jalan mereka melalui rintangan dan arus deras yang mungkin mereka hadapi.