Ada Tahu dan Tempe di MBG, Protein Nabati di Kedelai tidak Kalah Hebat
Jumat 07-Nov-2025 20:19 WIB
18
Foto : mediaindonesia
Brominemedia.com - nabati yang berasal dari kedelai serta olahannya, seperti tahu dan tempe, terbukti memiliki manfaat besar dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak, terutama bagi penerima program Makan Bergizi Gratis (MBG).
Meski idealnya asupan protein utama berasal dari sumber hewani, menurut ahli gizi, protein nabati dapat menjadi solusi efektif di tengah keterbatasan biaya dan akses terhadap bahan pangan.
Certified Nutritionist Melly Wijayanti, S.Gz., menjelaskan bahwa protein memiliki peran yang sangat penting dalam masa pertumbuhan anak.
“Protein berperan sebagai zat pembangun, mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan untuk mendukung tumbuh kembang anak,” ujar Melly, di Jakarta, Jumat (7/11).
Ia menambahkan, anak-anak usia sekolah dasar membutuhkan sekitar 25 hingga 45 gram protein setiap hari, tergantung berat badan.
“Idealnya dalam satu porsi makan program MBG, terdapat 8–15 gram protein agar kebutuhan harian mereka tercukupi,” ungkapnya.
Meski begitu, Melly mengakui bahwa keterbatasan anggaran program MBG menjadi salah satu tantangan utama dalam penyediaan menu yang ideal.
Sumber protein hewani seperti ayam, ikan atau telur memiliki harga lebih tinggi dibandingkan bahan nabati. Akibatnya, porsi protein dalam menu MBG kerap tidak maksimal.
“Kita tidak bisa menyalahkan pihak penyusun menu, karena memang banyak keterbatasan di sistem, terutama pada alokasi biaya,” katanya.
Meski demikian, ahli gizi ini menilai bahan pangan berbasis kedelai dapat menjadi alternatif yang sangat baik.
Menurut Melly, tempe dan tahu memiliki kandungan protein nabati yang cukup tinggi serta mudah diolah.
“Kalau memang ada keterbatasan dalam akses produk hewani, dibandingkan makan telur dua hari sekali, lebih baik tahu atau tempe setiap kali makan, karena harganya jauh lebih terjangkau,” ujarnya.
Menurut Badan Pangan Nasional (Bapanas), konsumsi kedelai nasional Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 2,75 juta metrik ton pada 2025.
Tingginya kebutuhan tersebut salah satunya karena adanya program MBG. Sebagian besar kebutuhan kedelai nasional tersebut saat ini belum bisa dipenuhi dari hasil produksi pertanian dalam negeri. Hal ini menunjukkan masih besarnya potensi pengembangan produksi kedelai lokal di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan nasional.
Melly menambahkan, protein sebaiknya tetap ada di setiap menu makan anak-anak, meskipun tidak selalu dari sumber hewani.
“Idealnya memang dari hewani karena lebih mudah diserap tubuh, tapi jika sumbernya terbatas, bisa diselingi dengan nabati. Setidaknya dua kali seminggu tetap ada lauk hewani jika memungkinkan,” jelasnya.
Melly meyakini, adanya protein hewani dan nabati dalam setiap menu yang disantap anak-anak, membuat para penerima MBG tetap bisa mendapatkan asupan gizi yang seimbang.
Program ini, menurutnya, tidak hanya soal pemberian makanan gratis, tetapi juga memastikan bahwa setiap porsi yang disajikan benar-benar mempunyai nilai gizi yang baik bagi pertumbuhan, kecerdasan dan masa depan anak-anak Indonesia. (Z-1)
Meski idealnya asupan protein utama berasal dari sumber hewani, menurut ahli gizi, protein nabati dapat menjadi solusi efektif di tengah keterbatasan biaya dan akses terhadap bahan pangan.
Wakil Menteri Ratu Ayu meninjau Program Makan Bergizi Gratis di Karangasem. Ia menekankan pentingnya keamanan pangan dan kualitas gizi untuk ibu dan anak.