Bromine Media merupakan media online yang menyajikan ragam informasi dan berita di ranah lokal Wonogiri hingga nasional untuk masyarakat umum. Bromine Media bertempat di Brubuh, Ngadirojo Lor, Ngadirojo, Wonogiri, Jawa Tengah.

All Nasional Internasional

KESEHATAN

Waspadai 5 Kesalahan Parenting yang Bisa Membuat Anak Trauma dan Mudah Minder

Selasa 29-Oct-2024 20:41 WIB

216

Waspadai 5 Kesalahan Parenting yang Bisa Membuat Anak Trauma dan Mudah Minder

Foto : liputan6

Brominemedia.com – Kepercayaan diri merupakan elemen penting yang sebaiknya ditanamkan sejak dini pada anak-anak.

Dengan memiliki kepercayaan diri yang kuat, anak akan lebih mudah bersosialisasi dan berkembang secara maksimal selama masa pertumbuhannya.

Berdasarkan berbagai sumber yang dikumpulkan Liputan6.com pada Selasa (29/10/2024), kepercayaan diri yang sehat memungkinkan anak untuk menghadapi berbagai tantangan dengan lebih baik, baik di lingkungan sosial maupun dalam pendidikan. Namun, peran orangtua dalam membangun kepercayaan diri anak sangatlah penting.

Melalui pola asuh dan perilaku sehari-hari, orangtua memiliki pengaruh yang besar terhadap tingkat kepercayaan diri anak. Sayangnya, ada beberapa perilaku orangtua yang justru dapat meruntuhkan rasa percaya diri anak dan berpotensi menimbulkan dampak psikologis yang negatif.

Berikut penjelasan selengkapnya sebagaimana dihimpun Liputan6.com dari berbagai sumber pada Selasa (29/10/2024):


1. Kasar dan Penuh Amarah

Mendidik anak dengan cara yang keras dan penuh kemarahan dapat menjadi kesalahan serius dalam membesarkan mereka. Meskipun beberapa orang mungkin menganggap metode ini efektif untuk membuat anak patuh, sebenarnya pendekatan tersebut bisa menyebabkan luka emosional yang dalam. Jika diteruskan, anak mungkin merasa tidak dicintai dan kurang mendapatkan perhatian yang seharusnya mereka terima.

Menurut penelitian, orangtua yang sering melampiaskan kemarahan kepada anak berisiko membuat anak tumbuh dengan rasa takut dan rendah diri. Lebih jauh lagi, perilaku ini dapat membentuk karakter anak yang juga kasar dan pemarah di masa depan, terutama ketika mereka mencapai usia dewasa.


2. Membanding-bandingkan Pencapaian Anak

Membandingkan anak dengan orang lain, terutama teman seusianya, dapat secara drastis mengurangi kepercayaan diri mereka. Banyak orangtua, mungkin tanpa menyadarinya, kerap membandingkan pencapaian anak mereka dengan pencapaian anak lain, baik dalam hal akademik, kreativitas, maupun ketaatan. Kebiasaan ini dapat membuat anak merasa tidak cukup baik dan meragukan kemampuan mereka sendiri.

Penelitian menunjukkan bahwa anak yang sering dibandingkan dengan orang lain cenderung lebih mudah mengalami depresi dan dapat tumbuh menjadi individu yang tertutup. Selain itu, ketidakpuasan terhadap diri sendiri dapat berkembang menjadi rasa kurang percaya diri yang mendalam saat mereka dewasa.

3. Meremehkan Usaha Anak

Meremehkan anak, baik secara langsung maupun dalam bentuk candaan, dapat sangat menyakiti perasaannya. Ketika orangtua tidak mengapresiasi usaha anak, meskipun anak tersebut telah berusaha keras untuk mencapai sesuatu, hal ini bisa membuat anak merasa tidak bernilai.

Perilaku meremehkan ini bisa muncul dalam percakapan sehari-hari atau saat bercanda, namun dampaknya tetap signifikan terhadap rasa percaya diri anak. Ketika anak merasa usahanya diabaikan, mereka cenderung merasa tidak berharga dan berisiko mengalami depresi. Jika hal ini terus berlangsung, anak dapat tumbuh dengan rasa rendah diri yang mendalam.


4. Menggantungkan Ekspektasi Terlalu Tinggi

Sebagai orangtua, wajar jika menginginkan anak mencapai prestasi yang gemilang. Namun, menetapkan harapan yang terlalu tinggi dapat menjadi beban berat bagi anak. Ketika anak tidak dapat memenuhi harapan tersebut, mereka mungkin merasa gagal dan kepercayaan diri mereka bisa menurun.

Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang terus-menerus ditekan untuk memenuhi ekspektasi tinggi lebih rentan mengalami depresi dan kecemasan. Mereka seringkali melakukan sesuatu bukan karena kemauan sendiri, melainkan hanya untuk menyenangkan orangtua mereka.


5. Membentak dengan Nada Tinggi

Berteriak pada anak, terutama di depan orang lain, bisa merusak kepercayaan dirinya. Anak-anak, khususnya yang masih kecil, sangat sensitif terhadap suara keras dan sikap yang kasar. Perbuatan berteriak tidak hanya mempengaruhi emosi mereka, tetapi juga bisa berdampak pada perkembangan otak mereka.

Anak-anak yang sering diteriaki cenderung merasa tidak aman, malu, dan bahkan bisa mengalami depresi. Kebiasaan ini juga dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak, karena anak mungkin merasa tidak dicintai dan tidak dihargai.

Share:

Konten Terkait

PEMERINTAHAN Komunitas ‘Anker’ Galang Donasi untuk Korban Banjir Sumatera

PT Kereta Api Indonesia (Persero) mengapresiasi solidaritas komunitas pencinta kereta api (Railfans) atau anak kereta (Anker) Indonesia terhadap masyarakat terdampak bencana di Pulau Sumatera. Vice President Corporate...

Minggu 07-Dec-2025 20:16 WIB

Komunitas ‘Anker’ Galang Donasi untuk Korban Banjir Sumatera
PEMERINTAHAN Fakta Bupati Aceh Selatan Umrah, Ternyata belum Ada Izin Mualem, Anak Buah Prabowo Potensi Ditegur

Fakta terbaru soal hebohnya kabar Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, umrah di saat daerahnya masih fokus dengan banjir Sumatera.

Jumat 05-Dec-2025 20:09 WIB

Fakta Bupati Aceh Selatan Umrah, Ternyata belum Ada Izin Mualem, Anak Buah Prabowo Potensi Ditegur
PENDIDIKAN LPTQ Lebak Ajak Ponpes dan Guru Ngaji Tingkatkan Kemampuan Baca Al-Qur'an Anak

LPTQ Lebak mengimbau pimpinan ponpes, guru ngaji, dan orang tua meningkatkan kemampuan baca Al-Qur'an anak-anak

Senin 01-Dec-2025 20:21 WIB

LPTQ Lebak Ajak Ponpes dan Guru Ngaji Tingkatkan Kemampuan Baca Al-Qur'an Anak
PERISTIWA Sosok Koko Wili Pembunuh Dwi Putri di Batam, Tempramen dan Suka Main Tangan

Pantauan Tribunbatam.id di Polsek Batuampar, sejumlah teman-teman Dwi Putri terlihat ikut diperiksa oleh pihak kepolisian.

Senin 01-Dec-2025 20:19 WIB

Sosok Koko Wili Pembunuh Dwi Putri di Batam, Tempramen dan Suka Main Tangan
PEMERINTAHAN Wakil Menteri Pendidikan: Kegiatan Belajar Mengajar di Daerah Bencana Tetap Berjalan

Atip mengatakan seluruh sekolah yang rusak akibat bencana banjir dan longsor di Sumatera akan segera mendapat perbaikan.

Jumat 28-Nov-2025 20:15 WIB

Wakil Menteri Pendidikan: Kegiatan Belajar Mengajar di Daerah Bencana Tetap Berjalan

Tulis Komentar