Minggu 23-Mar-2025 20:35 WIB
174

Foto : mediaindonesia

Selama pandemi covid-19, BEI juga beberapa kali menerapkan trading halt untuk mengendalikan volatilitas pasar. Salah satu yang paling bersejarah terjadi sepanjang Maret 2020 ketika IHSG mengalami kejatuhan tajam akibat kepanikan investor.
Rijadh menyoroti perbedaan mendasar antara trading halt 2025 dengan yang terjadi pada masa awal pandemi tersebut. Ia menuturkan, pada 2020 gejolak pasar dipicu oleh faktor eksternal, yakni ketidakpastian global akibat pandemi.
Sementara itu, pada 2025 gejolak lebih banyak dipengaruhi oleh ketidakpastian kebijakan ekonomi domestik dan reaksi negatif investor terhadap regulasi baru.
Pada 2020, BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengambil langkah-langkah mitigasi tambahan, seperti pembatasan penjualan saham tanpa kepemilikan dan pembelian kembali saham oleh perusahaan tanpa persetujuan pemegang saham.
“Sebaliknya, pada 2025, pasar lebih merespons sentimen kebijakan fiskal dan moneter yang dianggap tidak kredibel oleh investor,” ujarnya.
Mekanisme trading halt memiliki peran penting dalam meredam kepanikan di pasar. Rijadh menjelaskan bahwa penghentian perdagangan sementara memberikan waktu bagi investor untuk mencerna informasi dan menghindari keputusan impulsif.
Trading halt juga membuka peluang bagi investor untuk melakukan strategi buy on weakness, dengan catatan harus dilakukan secara cermat dan bertahap untuk menghindari kerugian lebih lanjut akibat penurunan harga saham yang berkelanjutan. Ia pun memberikan beberapa tips bagi investor untuk menghadapi ketidakpastian pasar.
“Di setiap krisis, market akan mengalami rebound. Bisa menjadi kesempatan asal hati-hati dalam menyikapinya karena tidak ada yang tahu kapan bottom dari penurunan terjadi,” pesannya.
Ia berpesan, dalam kondisi pasar yang bergejolak, penting untuk tidak panik dan mengambil keputusan berdasarkan emosi. Menurutnya, diversifikasi kunci untuk mengurangi risiko dalam investasi. Investor perlu menyebar investasi mereka ke berbagai instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, dan reksadana.
Jika investor ingin melakukan pembelian saham untuk jangka pendek di tengah penurunan IHSG, ia menyarankan agar para investor lebih berhati-hati. “Bisa juga mencicil untuk membeli saham-saham dengan fundamental bagus, dan jangan lupa terapkan cut loss secara disiplin untuk melindungi modal investasi,” tutup dia.
Konten Terkait
KVB Indonesia terus melangkah maju dalam misi mendukung perkembangan para trader Indonesia melalui kemudahan dan teknologi yang andal. Hal itu ditandai dengan peluncuran aplikasi KVB dan sudah tersedia di App Store dan Google Play Store."Peluncuran ini menjadi bukti nyata komitmen kami untuk menghadirkan pengalaman trading terbaik dan menjadikan Make Trading Simple KVB sebagai bagian dari setiap perjalanan trading para trader Indonesia," kata Direktur KVB Indonesia, Hesti Savitri, ...
Rabu 18-Jun-2025 20:39 WIB
Keputusan Meta menolak Bitcoin di neraca keuangan menyoroti keraguan perusahaan teknologi besar terhadap adopsi kripto.
Selasa 10-Jun-2025 22:03 WIB
Menanggapi hal ini Akademisi Ekonomi Kaltara, Dr. Ana Sriekaningsih mengatakan, nilai bantuan tersebut sangat relatif dan sangat membantu, jika terlalu banyak juga pasti akan membebani anggaran pemerintah.
Jumat 06-Jun-2025 20:42 WIB
Bencana longsor dilaporkan terjang wilayah Bendungan Kabupaten Trenggalek Jatim, 6 orang dilaporkan hilang
Senin 19-May-2025 21:05 WIB
Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) membekukan sementara Tanda Daftar Penyelenggara Sistem Elektronik layanan Worldcoin dan World ID
Minggu 04-May-2025 20:12 WIB