Sabtu 31-Dec-2022 06:00 WIB
117

Foto : tempo
brominemedia.com
- Resolusi Tahun Baru yang khas cenderung terbagi dalam dua kategori: berhenti
dari sesuatu yang tidak lagi menguntungkan atau mengambil kebiasaan baru dengan
harapan hal itu akan terjadi. Untuk awal yang sehat di tahun baru, penting
untuk fokus pada kesehatan mental Anda sama seperti kesehatan fisik Anda.
Berikut ini pakar kesehatan mental berbagi beberapa
kebiasaan yang harus ditinggalkan menyambut tahun 2023. Dengan semua kebiasaan
ini di benak Anda, 2023 pasti akan menjadi tahun penyembuhan dan pertumbuhan,
jika Anda berkomitmen pada diri sendiri.
Kebiasaan yang harus dihindari jelang Tahun Baru
1. Tidak mendapatkan
cukup vitamin D
Vitamin D tidak hanya memengaruhi perkembangan otak tetapi
juga fungsi otak sehari-hari, bahkan melindungi otak Anda seiring bertambahnya
usia. Meskipun Anda pasti bisa mendapatkan vitamin D dari sumber alami (seperti
sinar matahari dan makanan tertentu), memilih suplemen berkualitas tinggi akan
membuat pengecekan tingkat harian Anda menjadi lebih mudah.
2. Mengabaikan
microbiome oral
Ahli saraf Dale Bredesen dan psikiater kedokteran fungsional
Kat Toups setuju, mikrobioma oral terlalu sering diabaikan, padahal penting
untuk fungsi otak yang sehat. Ini karena mulut Anda adalah pintu gerbang ke
tubuh Anda dan awal dari saluran pencernaan Anda. "[Mulutmu] tepat di
sebelah otak," kata Toups. "Dan apa yang ada di mulut dan hidung bisa
masuk ke otak dengan sangat mudah... Sangat mudah bagi bakteri untuk melacaknya
di sana."
Itu sebabnya "Saya menyarankan semua orang untuk memeriksa microbiome oral Anda," saran Bredesen. Ingat juga untuk membersihkan gigi setiap malam, batasi obat kumur antiseptik, dan perhatikan asupan gula dan alkohol Anda. Dengan gabungan semua kebiasaan ini, mikrobioma mulut Anda akan berada dalam kondisi yang lebih baik, dan mungkin juga otak Anda.

3. Toxic positivity
Kepositifan tidak selalu bermanfaat. Psikolog perkembangan Sasha Heinz, yang ahli dalam perubahan perilaku dan psikologi positif, mengatakan bahwa beberapa buku self-help dan slogan yang terlalu positif justru bisa menjadi bumerang.
"Orang-orang [berpikir] pekerjaan pengembangan diri ini murahan atau hanya tentang getaran yang baik," kata Heinz selama wawancaranya. "Itu sangat tidak benar." Nyatanya, pola pikir hanya positif sebenarnya tidak akan membawa Anda kemana-mana. Bukan berarti optimisme tidak penting—namun pesimisme juga bermanfaat, karena bersikap realistis tentang apa yang bisa dan tidak bisa Anda capai bisa menghasilkan kesuksesan yang lebih besar.
4. Mengatakan ya untuk semuanya
Menjadi orang yang menyenangkan bukanlah sifat permanen. Seperti yang dijelaskan oleh dokter dan pembicara terkenal Gabor Maté, orang menerima pesan di masa kanak-kanak bahwa agar dapat diterima, mereka harus patuh. "Mereka harus menekan keinginan mereka sendiri, kebutuhan mereka sendiri, perspektif mereka sendiri, dan mereka harus melayani orang lain," katanya. Akibatnya, mereka merasa tidak nyaman untuk mengatakan tidak seiring bertambahnya usia.
Tetapi jika Anda tidak tahu bagaimana mengatakan tidak, "ya Anda tidak berarti apa-apa," kata Maté. Jika Anda dengan enggan mengatakan ya pada suatu tugas, Anda juga bisa menjadi kesal, yang dapat berdampak fisiologis pada tubuh Anda. "Selain itu, Anda akan lelah setelahnya karena Anda sudah lelah sejak awal," kata Maté. "Jadi, tidak mengatakan tidak berdampak pada Anda." Anggap itu pertanda Anda untuk menetapkan batasan yang baik dan sehat.
5. Melampiaskan emosi kepada siapa pun
Mengekspresikan semua emosi Anda kepada seseorang (siapa saja!) yang mau mendengarkan adalah hal yang umum. Tetapi seperti yang dijelaskan oleh psikolog pemenang penghargaan Ethan Kross, itu tidak selalu merupakan ide terbaik. "Banyak orang berpendapat bahwa Anda sebaiknya melampiaskan emosi Anda. Jangan menyimpannya di dalam," katanya. Dan itu benar, sampai taraf tertentu.
Namun, Kross menyarankan untuk dua hal. "[Pertama], Anda ingin menemukan seseorang yang memungkinkan Anda untuk berbagi sedikit tentang apa yang Anda alami. Penting bagi Anda untuk merasa diakui, tetapi pada titik tertentu dalam percakapan, idealnya Anda menginginkan orang tersebut yang Anda ajak bicara untuk membantu memperluas perspektif Anda," katanya. Pada dasarnya, selektiflah dengan siapa Anda curhat, dan pastikan Anda tidak hanya berkubang bersama tanpa rencana tindakan.
Konten Terkait
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Persib Bandung memiliki tren positif belum terkalahkan dalam 18 kali pertemuan. Tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat tersebut dinilai solid dan memiliki mentalitas pejuang yang tinggi. Hal tersebut diungkapkan oleh...
Rabu 15-Jan-2025 20:49 WIB
Coping mechanism adalah strategi yang membantu orang mengatasi stres dan emosi tidak nyaman.
Rabu 25-Sep-2024 20:50 WIB
Psikolog mengatakan selain dapat berdampak terhadap kesehatan fisik, paparan polusi udara terus-menerus dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental.
Senin 01-Jul-2024 20:20 WIB
Bojan Hodak, mengungkapkan rencananya setelah berhasil membawa Persib menjadi juara Liga 1 2023/2024.
Minggu 02-Jun-2024 20:30 WIB
Saat pandemi Covid-19, suami Amelia Gita Virma memintanya untuk berhenti dari praktik dokter gigi.
Rabu 30-Aug-2023 01:58 WIB