Selasa 24-Jan-2023 01:45 WIB
240

Foto : jawapos
brominemedia.com-- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan tindakan
“bersama dan segera” untuk melindungi anak-anak dari kontaminasi obat, menyusul
kasus kematian anak akibat obat batuk sirup tahun lalu.
Pada 2022, lebih dari 300 anak, sebagian besar balita, di
Gambia, Indonesia dan Uzbekistan meninggal akibat gangguan ginjal akut, yang
dikaitkan dengan kontaminasi obat, kata WHO dalam pernyataan, Senin.
Obat batuk sirup yang dijual bebas itu memiliki kandungan
dietilen glikol dan etilen glikol yang tinggi.

“Kedua kontaminan itu adalah kimia beracun yang digunakan
sebagai pelarut industri dan bahan antibeku, yang bisa menjadi fatal meski
diminum dalam jumlah kecil, dan seharusnya tidak boleh ada dalam obat-obatan,”
kata WHO.
Organisasi di bawah PBB itu mengatakan tujuh negara telah
melaporkan temuan obat batuk sirup tercemar dalam empat bulan terakhir.
WHO menyerukan adanya tindakan di 194 negara anggotanya
untuk mencegah lebih banyak kematian.
“Karena ini bukan insiden yang terisolasi, WHO menyerukan
berbagai pemangku kepentingan utama dalam rantai pasokan obat untuk mengambil
tindakan segera dan terkoordinasi,” katanya.
WHO telah mengeluarkan peringatan pada Oktober dan awal
bulan ini, yang meminta agar obat-obatan tertentu ditarik dari peredaran.
Obat-obatan tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals
dan Marion Biotech di India, yang masing-masing dikaitkan dengan kematian di
Gambia dan Uzbekistan.
WHO juga mengeluarkan peringatan tahun lalu bagi obat-obat
batuk sirup buatan empat produsen Indonesia, yaitu PT Yarindo Farmatama, PT
Universal Pharmaceutical, PT Konimex dan PT AFI Pharma, yang dijual di dalam
negeri.
Keempat perusahaan itu telah membantah produk mereka
terkontaminasi atau menolak berkomentar saat penyelidikan berlangsung.
WHO menegaskan kembali seruannya agar produk-produk tersebut
ditarik dari peredaran dan meminta negara-negara memastikan bahwa obat yang
dijual disetujui oleh otoritas yang berkompeten.
Organisasi kesehatan itu juga meminta para pemerintah dan
regulator mengerahkan sumber daya mereka untuk mengawasi produsen, meningkatkan
pemantauan pasar dan mengambil tindakan jika diperlukan.
WHO meminta produsen obat untuk hanya membeli bahan baku
dari pemasok yang memenuhi syarat, menguji produk mereka lebih menyeluruh, dan
menyimpan catatan proses produksi.
Pemasok dan distributor harus memeriksa tanda-tanda
pemalsuan dan hanya mendistribusikan atau menjual obat yang telah mendapat izin
untuk digunakan, kata WHO.
Konten Terkait
Jika ingin mengonsumsi makanan yang biasa dihidangkan seperti opor, rendang atau ketupat, dianjurkan untuk tetap membatasi konsumsi makanan berlemak, kolestrol dan perhatikan porsinya.
Selasa 25-Mar-2025 20:54 WIB
Makanan dengan indeks glikemik tinggi sebaiknya dihindari untuk menjaga kesehatan kulit selama berpuasa.
Jumat 21-Mar-2025 20:42 WIB
Kementerian Kesehatan mencatat, hingga 16 Maret 2025, program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG)...
Senin 17-Mar-2025 20:29 WIB
Selama Ramadan, banyak kebiasaan dan rutinitas yang berubah, seperti berpuasa, berdoa, dan membaca Alquran. Kamu mungkin juga lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga, teman, dan komunitas, serta berbuat kebaikan. Perubahan ini bisa berdampak pada kesehatan mentalmu, baik dengan mempererat hubungan sosial yang mendukung kesejahteraan, maupun dipengaruhi oleh faktor lain pada hidupmu.
Minggu 09-Mar-2025 20:40 WIB
Remaja di Surabaya dibawah naungan Yayasan Plato meluncurkan sebuah platform instagram bernama Heroremaja, Sabtu (22/2).
Minggu 23-Feb-2025 20:01 WIB