Senin 17-Nov-2025 20:11 WIB
Foto : tempo
Brominemedia.com - NILAI tukar rupiah pada perdagangan sore hari ini, Senin, 17 November 2025 ditutup melemah 29 poin ke level Rp 16.736 per dolar Amerika Serikat. Melemahnya nilai tukar rupiah ini melanjutkan tren sebelumnya yang ambles 40 poin di level Rp 16.707 per dolar AS.
Direktur PT Traze Andalan Futures Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah pada perdagangan besok masih ditutup melemah. “Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 16.730 - Rp 16.770,” katanya dalam keterangan tertulis, Senin, 17 November 2025.
Dari faktor internal yang memengaruhi nilai tukar ini, Ibrahim mengatakan, Bank Indonesia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2026 mencapai 5,33 persen. Angka ini lebih rendah dari yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 5,4 persen. Proyeksi ini disusun dengan memperhitungkan kebijakan moneter yang akan ditempuh BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan yang ditetapkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 yang dipatok sebesar 5,4 persen. Target pemerintah tersebut masih mungkin tercapai, tergantung pada kecepatan dan efektivitas realisasi belanja pemerintah.
BI optimistis ke depan pengeluaran fiskal dapat direalisasi lebih cepat dari tahun ini, sehingga peluang pertumbuhan ekonomi 2026 mencapai 5,4 persen sebagaimana target APBN 2026 dapat terwujud. Sementara itu, BI memproyeksikan inflasi pada 2026 akan berada di level 2,62 persen. Angka ini masih dalam kisaran sasaran inflasi BI sebesar 2,5 persen plus minus 1 persen, namun di atas asumsi dasar APBN 2026 yang sebesar 2,5 persen.
Berbanding terbalik dengan Menteri Keuangan yang menargetkan pertumbuhan ekonomi pada 2026 mencapai 6 persen secara tahunan. Optimisme itu dibarengi dengan keyakinan bahwa fondasi perekonomian Indonesia akan membaik seiring waktu, dimulai dengan kuartal IV 2025, bisa tumbuh hingga lebih dari 5,5 persen secara tahunan.
Sebagai landasan pertumbuhan ekonomi 2026 sebesar 6 persen karena didukung berbagai indikator perekonomian terkini yang menunjukkan pemulihan. Misalnya, indeks penjualan ritel pada September 2025 tumbuh 3,7 persen dan diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada Oktober 2025 sebesar 4,3 persen. Kemudian, Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur pada Oktober 2025 berada di level ekspansif yaitu 51,2 atau naik dari 50,4 pada bulan sebelumnya.
Dari faktor eksternal, Ibrahim mengatakan investor semakin yakin bahwa Federal Reserve kemungkinan besar tidak akan melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat, sebuah pergeseran yang disampaikan oleh beberapa pembuat kebijakan The Fed yang menekankan bahwa inflasi masih tetap tinggi dan kondisi pasar tenaga kerja belum melemah secara signifikan.
Sentimen semakin terpukul oleh penghentian data baru-baru ini yang disebabkan oleh penutupan pemerintah AS, yang membuat investor kehilangan indikator makro utama selama berminggu-minggu. “Penutupan Pemerintah tersebut menunda rilis dari Biro Statistik Tenaga Kerja, termasuk laporan pengkajian non-pertanian bulan September, yang kini akan dirilis pada hari Kamis,” kata Ibrahim.
Hari ini, Ibrahim menambahkan, para pedagang akan mengambil lebih banyak isyarat dari pidato beberapa pejabat The Fed. John Williams, Philip Jefferson, Neel Kashkari, dan Christopher Waller dijadwalkan akan berpidato hari ini.
Selain itu, Ukraina melancarkan serangan besar-besaran terhadap Novorossiysk dan terminal Konsorsium Pipa Kaspia (CPC) di dekatnya, yang menyebabkan kerusakan dan menghentikan ekspor yang setara dengan sekitar 2 persen pasokan global. “Namun, pada Minggu, laporan media mengatakan bahwa data pelacakan kapal tanker menunjukkan kapal tanker kembali memuat minyak mentah di pelabuhan,” kata Ibrahim.
Ibrahim mengatakan meskipun dimulainya kembali pemuatan membantu meredakan krisis pasokan, pasar tetap berhati-hati. Militer Ukraina mengatakan telah menyerang kilang Ryazan Rusia pada Sabtu dan kilang Novokuibyshevsk di wilayah Samara pada Minggu. “Menimbulkan kekhawatiran baru atas gangguan jangka panjang,” ujar Ibrahim.
Konten Terkait