Kamis 20-Nov-2025 20:20 WIB
Foto : mediaindonesia
Brominemedia.com - TUMPUKAN sampah menggunung di sejumlah tempat penampungan sementara (TPS) di Kota Bandung. Upaya serius untuk mengatasi persoalan sampah harus kembali dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung.
Pada Rabu (19/11) 2025 malam, tumpukan sampah di TPS Ence Azis yang sudah menggunung sejak September, setinggi 370 meter kubik atau sekitar 180 ton, mulai ditangani secara masif.
Korwil Bojonegara, Joko Endang Selamet, memastikan pengerahan penuh dilakukan untuk menuntaskan persoalan yang sudah berlarut. “Target malam ini selesai. Kita kerahkan total 27 armada,” ungkapnya.
Penumpukan yang terlihat mencolok di TPS Ence Azis bukan terjadi dalam semalam. Kondisi ini merupakan akumulasi selama hampir dua bulan terakhir.
“Setiap hari sebenarnya ada pengangkutan. Tapi karena tonase armada dikurangi, akhirnya terjadi penumpukan hingga sebesar ini,” ungkapnya.
Untuk mengejar target pengosongan total, DLH Kota Bandung menurunkan komposisi armada besar. Di antaranya 6 truk tronton, 11 unit LH12, 2 unit semi, dan 8 unit armada 6 meter kubik.
“Semua kekuatan kita keluarkan. Mobil bergerak terus, bergantian, supaya tumpukan bisa habis malam ini,” terangnya.
Armada tersebut terlihat hilir-mudik di lokasi hingga larut, membawa sampah yang sudah membentuk gunungan tinggi di lahan TPS.
Sistem rute
Joko menjelaskan, sistem lama yang menggunakan kontainer justru menjadi pemicu penumpukan. Kontainer sering tidak dapat ditarik karena kelebihan muatan, sehingga warga akhirnya menurunkan sampah di tanah.
“Itu sebabnya tumpukan makin besar. Kontainer penuh, tidak tertarik, warga taruh di bawah, lama-lama menggunung,” tambahnya.
Setelah berkoordinasi dengan kelurahan, wilayah dan para tukang roda, diputuskan bahwa TPS Ence Azis tidak lagi menggunakan kontainer. Sebagai gantinya, diterapkan sistem rute.
“Dengan sistem rute, warga hanya buang sampah ketika mobil datang. Jadi tidak ada lagi yang menurunkan sampah sepanjang hari,” terangnya.
Selain itu, mesin gibrik dioptimalisasi untuk mengurangi volume sampah sebelum diangkut.
Joko menerangkan, persoalan sampah tidak bisa selesai tanpa peran masyarakat. Apalagi Bandung tidak memiliki TPA sendiri, sehingga sangat bergantung pada TPA provinsi yang kondisinya kini overload.
“Kalau tidak dipilah, semuanya menumpuk di TPA. Organik, anorganik, residu, semua dibuang. Itu membuat TPA cepat penuh,” imbuhnya.
Konten Terkait