Foto : jpnn
brominemedia.com - Tradisi Omed-omedan yang digelar sehari setelah Hari Raya
Nyepi Tahun Saka 1945, kembali digelar pemuda dan pemudi Banjar Kaja, Sesetan,
Denpasar, kemarin setelah vakum dua tahun gegara pandemi Covid-19.
Pemuda-pemudi setempat mengikuti tradisi yang sudah ada
sejak abad ke-17 itu dengan antusias. Omed-omedan berasal dari kata omed yang
artinya tarik.
Jadi, Omed-omedan itu adalah tradisi tarik menarik yang
dilakukan oleh sepasang kelompok wanita dan laki-laki. Mereka yang ada di depan
didorong untuk berangkulan atau pelukan, kemudian nanti ditarik oleh
masing-masing kelompok dan disiram air.
Seorang pemuda setempat bernama Nyoman menyatakan selalu
selalu mendukung tradisi Omed-omedan yang bertahan sejak ratusan tahun silam
ini.
Bersama dari Pandemi “Saya sama teman-teman di sini akan
selalu memberi support tradisi Omed-omedan ini, soalnya ini kan asli dari
banjar kami, ya jadi harus terus dilestarikan,” ujar Nyoman.
Kelian Adat Banjar Kaja Sesetan, Desa Sesetan, Denpasar,
Made Sutama mengatakan tradisi ini kembali digelar dan disaksikan masyarakat
umum setelah vakum gegara pandemi Covid-19.
“Pas Covid, festivalnya tidak kami gelar. Untuk
Omed-omedannya tetap ada, meskipun sangat terbatas karena mengikuti anjuran
pemerintah dan dilaksanakan di dalam balai banjar secara tertutup.
Manfaatin gadgetmu untuk dapetin penghasilan tambahan. Cuma modal sosial media sudah bisa cuan!
Gabung bisnis online tanpa modal di http://bit.ly/3HmpDWm
Hal Ini Sekarang karena pandemi sudah melandai, kami sudah dapat izin dari pemerintah untuk kembali menggelar festival ini,” kata Made Sutama.
Menurutnya, tujuan Omed-omedan dilakukan adalah untuk menyambut dan merayakan pergantian tahun Saka Hari Suci Nyepi.
Made Sutama mengeklaim tradisi ini mungkin hanya satu-satunya yang ada di dunia lantaran secara khusus hanya ada di Banjar Kaja Desa Adat Sesetan.
Peserta yang mengikuti tradisi omed-omedan merupakan para pemuda yang berasal dari Banjar Kaja Desa Adat Sesetan.
“Yang melaksanakan omed-omedan ini khusus untuk pemuda Banjar Kaja yang umurnya sudah 17 tahun karena mereka juga jadi panitia. Awalnya dilaksanakan oleh krama. Jadi, dahulu orang tua yang terlibat. Untuk melestarikan tradisi ini, sejak tahun 90-an anak muda sudah kami libatkan,” beber Made Sutama.
Dengan dilaksanakannya tradisi Omed-omedan setelah hari Suci Nyepi ini, I Made Sutama berharap agar generasi muda dapat terus melestarikan tradisi Omed-omedan ini.
“Saya sebagai Kelian Adat di sini berharap kepada para generasi muda untuk terus melestarikan tradisi ini. Kami sangat mengapresiasi anak-anak karena telah menjalankan acara ini dengan baik. Untuk ke depannya pasti jauh lebih baik dengan adanya inovasi-inovasi lain,” paparnya.
Konten Terkait
bali.jpnn.com, DENPASAR - Tradisi Omed-omedan yang digelar sehari setelah Hari Raya Nyepi Tahun Saka 1945, kembali digelar pemuda dan pemudi Banjar Kaja, Sesetan, Denpasar, kemarin setelah vakum dua tahun gegara pandemi Covid-19.
Jumat 24-Mar-2023 04:21 WIB