FINANCE

Pakar UGM Soroti Anjloknya IHSG Minggu Lalu

Minggu 23-Mar-2025 20:35 WIB 298

Foto : mediaindonesia

Brominemedia.com – INDEKS Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mengalami penurunan tajam hingga 5% pada 18 maret lalu yang memicu Bursa Efek Indonesia (BEI) memberlakukan trading halt selama 30 menit. Langkah itu merupakan bagian dari mekanisme circuit breaker yang dirancang untuk mengantisipasi kepanikan pasar dan volatilitas ekstrem.

Penurunan tajam IHSG ini menurut Akademisi Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Dr. Rijadh Djatu Winardi, CFE., mencerminkan respons pasar terutama dari investor asing terhadap ketidakpastian ekonomi dan politik di Indonesia. Salah satu pemicu utama adalah ketidakjelasan arah kebijakan fiskal pemerintah, termasuk rencana peningkatan belanja negara yang tidak didukung oleh sumber pendanaan yang solid. 

“Defisit APBN dalam dua bulan pertama 2025 semakin memperparah kekhawatiran ini,” jelasnya, Kamis (20/3).

Selain itu, aksi jual besar-besaran saham-saham big cap di sektor perbankan BUMN turut memperburuk situasi. Kebijakan kontroversial, seperti penghapusan pencatatan utang Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan regulasi Danantara, mendapat respons negatif dari pasar. 

Ketidakjelasan aturan dan potensi konflik kepentingan yang menyertainya telah mendorong investor untuk mengurangi eksposur mereka di sektor keuangan. Salah satu kebijakan lainnya yang menjadi sorotan adalah program makan bergizi gratis (MBG) senilai 28 miliar dollar per tahun. 

Rijadh menilai program ini memiliki manfaat sosial yang besar, tetapi juga berisiko terhadap stabilitas fiskal. “Jika tidak dikelola dengan baik, program ini dapat memperbesar defisit anggaran, yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan investor dan memicu aksi jual saham,” tutur dalam siaran pers 

Ditambah lagi, pembentukan 80.000 koperasi desa dengan pinjaman besar dari bank-bank BUMN menimbulkan kekhawatiran akan risiko kredit macet. Dari sisi aliran modal, net sell asing pada 18 Maret mencapai Rp2,48 triliun, sementara local buyer memborong saham big caps senilai 2,5 triliun rupiah. 

“Tren penjualan oleh investor asing sudah terlihat sejak Februari, diperburuk oleh penurunan rating saham Indonesia oleh lembaga keuangan global seperti Morgan Stanley dan Goldman Sachs,” ungkap Rijadh.

Lebih lanjut, tercatat bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami deflasi sebesar 0,48% (mtm) dan 0,09% (yoy) pada Februari 2025. Deflasi ini menunjukkan lemahnya daya beli masyarakat, yang berpotensi menekan sektor riil, termasuk properti, otomotif, dan perbankan. Namun, Rijadh menegaskan bahwa meskipun deflasi mencerminkan pelemahan daya beli, faktor ini bukan penyebab utama dari penurunan IHSG pada 18 Maret. Ia meyakini jika deflasi terus terjadi, dampaknya akan bersifat jangka panjang terhadap emiten-emiten tertentu yang bergantung pada konsumsi domestik.

Selama pandemi covid-19, BEI juga beberapa kali menerapkan trading halt untuk mengendalikan volatilitas pasar. Salah satu yang paling bersejarah terjadi sepanjang Maret 2020 ketika IHSG mengalami kejatuhan tajam akibat kepanikan investor. 

Rijadh menyoroti perbedaan mendasar antara trading halt 2025 dengan yang terjadi pada masa awal pandemi tersebut. Ia menuturkan, pada 2020 gejolak pasar dipicu oleh faktor eksternal, yakni ketidakpastian global akibat pandemi.

Sementara itu, pada 2025 gejolak lebih banyak dipengaruhi oleh ketidakpastian kebijakan ekonomi domestik dan reaksi negatif investor terhadap regulasi baru. 

Pada 2020, BEI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengambil langkah-langkah mitigasi tambahan, seperti pembatasan penjualan saham tanpa kepemilikan dan pembelian kembali saham oleh perusahaan tanpa persetujuan pemegang saham. 

“Sebaliknya, pada 2025, pasar lebih merespons sentimen kebijakan fiskal dan moneter yang dianggap tidak kredibel oleh investor,” ujarnya.

Mekanisme trading halt memiliki peran penting dalam meredam kepanikan di pasar. Rijadh menjelaskan bahwa penghentian perdagangan sementara memberikan waktu bagi investor untuk mencerna informasi dan menghindari keputusan impulsif. 

Trading halt juga membuka peluang bagi investor untuk melakukan strategi buy on weakness, dengan catatan harus dilakukan secara cermat dan bertahap untuk menghindari kerugian lebih lanjut akibat penurunan harga saham yang berkelanjutan. Ia pun memberikan beberapa tips bagi investor untuk menghadapi ketidakpastian pasar. 

“Di setiap krisis, market akan mengalami rebound. Bisa menjadi kesempatan asal hati-hati dalam menyikapinya karena tidak ada yang tahu kapan bottom dari penurunan terjadi,” pesannya.

Ia berpesan, dalam kondisi pasar yang bergejolak, penting untuk tidak panik dan mengambil keputusan berdasarkan emosi. Menurutnya, diversifikasi kunci untuk mengurangi risiko dalam investasi. Investor perlu menyebar investasi mereka ke berbagai instrumen keuangan, seperti saham, obligasi, dan reksadana.

Jika investor ingin melakukan pembelian saham untuk jangka pendek di tengah penurunan IHSG, ia menyarankan agar para investor lebih berhati-hati. “Bisa juga mencicil untuk membeli saham-saham dengan fundamental bagus, dan jangan lupa terapkan cut loss secara disiplin untuk melindungi modal investasi,” tutup dia. 

Konten Terkait

FINANCE Pemerintah Bakal Minta Tambahan Saham Freeport Lebih dari 10%

Bahlil menyebutkan pemerintah berpotensi meminta tambahan saham lebih dari 10% di PTFI. Pemerintah berpotensi menambah kepemilikan saham lebih besar dari rencana awal.

Senin 15-Sep-2025 20:45 WIB

FINANCE Indonesia Dinilai Dapat Optimalkan Adopsi Kripto untuk Pembangunan Berkelanjutan

Direktur Utama PT Central Finansial X (CFX) Subani menilai Indonesia dapat mengoptimalkan adopsi kripto untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Salah satunya dengan mengarahkan pengembangan kripto pada pembangunan...

Minggu 14-Sep-2025 20:26 WIB

PERISTIWA Breaking News: Warga Ranah Karya Mukomuko Bengkulu Ditemukan Tewas di Perkebunan Sawit

Warga Ranah Karya Mukomuko ditemukan tewas tertimpa pohon di perkebunan sawit, evakuasi terhambat hujan lebat dan jalan berlumpur.

Rabu 03-Sep-2025 20:50 WIB

PERISTIWA Publik Kritik Oknum Polisi yang Tepuk Tangan Saat Dengar Perintah Tembak di Tempat

Dalam rekaman tersebut, sosok diduga Listyo melarang keras massa anarkis untuk menyerang markas kepolisian, khususnya Mako Brimob.

Minggu 31-Aug-2025 20:31 WIB

FINANCE BRI Life Bayarkan Klaim Rp 2 85 Triliun Hingga Juli 2025

PT Asuransi BRI Life membayarkan klaim dan manfaat asuransi sebesar Rp2,85 triliun hingga Juli 2025. Rasio klaim tercatat mencapai 57 persen.PT Asuransi BRI Life menegaskan komitmennya dalam memberikan perlindungan optimal kepada nasabah melalui pembayaran klaim dan manfaat asuransi yang terus meningkat. Hingga akhir Juli 2025, perusahaan telah menunaikan kewajibannya dengan total pembayaran sebesar Rp2,85 triliun. Rasio klaim tercatat 57 persen.Direktur Utama BRI Life Aris Hartanto, ...

Jumat 29-Aug-2025 21:05 WIB

Tulis Komentar