Foto : detik
brominemedia.com - Literasi digital bagi semua komunitas sudah selayaknya
mendapatkan perhatian ekstra. Untuk meminimalisir ekses yang muncul dari
teknologi digital, negara perlu menghadirkan program yang berfokus pada upaya
mendorong dan memberi pemahaman akan literasi digital bagi semua komunitas.
Adalah nyata dan tak terbantahkan bahwa teknologi digital
menghadirkan banyak manfaat pada berbagai aspek kehidupan masyarakat era
terkini. Dia menandai kemajuan peradaban dan perubahan zaman. Namun di saat
yang bersamaan, masyarakat juga melihat serangkaian ekses atau dampak negatif
dari era digitalisasi sekarang.
Rangkaian ekses itu nyata, bahkan nyaris sudah menjadi
bagian dari keseharian hidup bersama. Rangkaian ekses itu mengemuka karena
beberapa platform digital begitu sering disalahgunakan oleh pihak-pihak yang
tidak bertanggungjawab. Platform digital yang popular dan sering digunakan
masyarakat, di antaranya WhatsApp, YouTube, Instagram, Facebook atau LINE.
Dengan dukungan beberapa platform digital itu, sebagian
besar masyarakat memanfaatkannya untuk kegiatan positif dan produktif, seperti
kegiatan belajar-mengajar, layanan kesehatan, hingga aktivitas ekonomi semisal
promosi dan pemasaran. Namun, sudah menjadi kenyataan yang harus diakui bahwa
beberapa platform digital itu sering digunakan para petualang dan oportunis
untuk menyebarluaskan konten-konten negatif, termasuk konten berbau pornografi.
Ketika masyarakat belum dibekali dengan literasi digital yang memadai,
rangkaian konten negatif itu segera diserap, diterima dan dipercayai begitu
saja.
Penyalahgunaan beberapa platform digital itu sudah tentu
berdampak negatif bagi semua elemen masyarakat, tak terkecuali remaja dan
anak-anak, termasuk anak di bawah umur yang sudah akrab dengan gadget. Sekadar
menunjuk contoh, salah satu indikator penyalahgunaan platform digital yang
sangat sering dikeluhkan masyarakat adalah maraknya penyebarluasan berita
bohong (hoaks) dan upaya melakukan penipuan online atau daring.
Dewasa ini, arus informasi melalui platform digital begitu
deras. Sayangnya, sarat hoaks. Penyebaran hoaks tetap marak karena tidak semua
pelaku ditindak sesuai ketentuan hukum. Sedangkan penipuan online terus
membidik siapa saja. Masyarakat sudah menyimak dari pemberitaan pers bahwa
penipuan online pun sudah menelan begitu banyak korban dengan nilai kerugian
yang tidak kecil. Mereka menjadi korban karena tidak membekali diri dengan
literasi digital.
Selain hoaks dan penipuan online, beberapa platform digital
digunakan para petualang untuk menyemburkan ujaran kebencian, menghembuskan isu
SARA, pengajaran sesat yang mendorong publik untuk bersikap intoleran,
melakukan perundungan, hingga membuat konten yang bertujuan menyebarluaskan
semangat radikalisme untuk melawan negara dan pemerintah.
Manfaatin gadgetmu untuk dapetin penghasilan tambahan. Cuma modal sosial media sudah bisa cuan!
Gabung bisnis online tanpa modal di http://bit.ly/3HmpDWm
Dengan menerima dan memahami kenyataan tentang dampak negatif dari penyalahgunaan platform-platform digital itu, tidaklah sulit untuk merumuskan dan memprediksi tantangan dan ancaman yang sedang dihadapi negara-bangsa, baik tantangan dan ancaman hari-hari ini, maupun tantangan dan ancaman di masa depan. Kesimpulan sementara yang bisa dirumuskan saat ini adalah kenyataan bahwa penyalahgunaan platform-platform digital itu selalu berpotensi mengganggu dan merusak ketertiban umum.
Bahkan pada gilirannya, penyalahgunaan platform digital itu pun berpotensi mencabik-cabik persatuan dan kesatuan bangsa serta menggoyahkan ketahanan nasional. Dewasa ini, sangat mudah untuk menyebarluaskan konten-konten yang mempertajam perbedaan, merusak kodrat kebhinekaan bangsa, menyulut gaduh dan emosi, serta mendorong aksi-aksi kekerasan. Pun, adalah fakta bahwa pesatnya teknologi digital telah mengubah perilaku banyak komunitas dalam menanggapi berbagai isu di ruang publik. Beberapa isu yang kebenarannya masih diragukan sering ditanggapi langsung dengan sikap dan tindakan-tindakan destruktif.
Dengan merumuskan dan memprediksi tantangan dan ancaman yang sedang dihadapi negara-bangsa, menjadi sangat jelas bahwa membekali semua komunitas dengan literasi digital yang memadai praktis menjadi sebuah keniscayaan. Urgensi literasi digital bagi semua individu menjadi tak terbantahkan, dan juga tak terhindarkan karena menjadi tuntutan zaman. Maka, menjadi keniscayaan pula jika negara peduli dan memberi perhatian ekstra terhadap masalah ini.
Sesuai pemaparan para pakar, literasi digital dipahami sebagai kegiatan dan upaya membangun kompetensi setiap individu dalam mengakses, memahami, membuat, mengomunikasikan, memilah dan mengevaluasi informasi melalui teknologi digital. Maka, sesuai tuntutan zaman, tidak berlebihan rasanya jika literasi digital disertakan sebagai salah satu komponen kegiatan belajar-mengajar sejak pendidikan dasar.
Telah hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital patut diapresiasi. Program ini diinisiasi Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) bersama Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) dan Siberkreasi Gerakan Nasional Literasi Digital. Terdapat 4 modul, meliputi Digital Skills, Digital Safety, Digital Ethics, dan Digital Culture, serta tiga kerangka dalam menyusun program untuk tiga komponen masyarakat, yakni Digital Society, Digital Economy dan Digital Government. Tahun ini, ditargetkan 50 juta orang bisa menjadi peserta literasi digital.
Literasi digital bagi semua komunitas adalah pekerjaan besar sehingga benar bahwa pemerintah di tingkat pusat tidak mungkin bisa bekerja sendiri. Selain butuh kontribusi peran swasta, tak kalah pentingnya adalah kepedulian dan peran semua pemerintah daerah. Maka, jelajah program Gerakan Nasional Literasi Digital ini harus mampu mencakup semua daerah.
Selain itu, sosialisasi program ini hendaknya segera dibuat masif. Lagi-lagi, peran dan keterlibatan semua pemerintah daerah menjadi sangat penting karena sosialisasi bertujuan agar semua elemen masyarakat di semua daerah tahu, mengenal dan berminat menjadi peserta. Idealnya, di semua daerah dihadirkan kelompok-kelompok kerja agar sesegera mungkin merealisasikan program literasi digital ini.
Memberi tempat dan perhatian kepada generasi milenial dan generasi sebelumnya memang penting. Namun, tak kalah pentingnya adalah membawa dan menghadirkan program Gerakan Nasional Literasi Digital ini kepada komunitas generasi Z dan generasi Alfa. Dinamika kehidupan dua generasi ini praktis minim batasan (boundaryless generation) karena segala sesuatunya nyaris terkoneksi oleh internet.
Ketika berbicara tentang masa depan persatuan dan kesatuan bangsa, serta masa depan ketahanan nasional, segala aspeknya akan berada di pundak generasi Z dan Alfa. Literasi digital bagi kedua generasi ini idealnya bisa memperkokoh nasionalisme mereka. Itulah urgensinya negara harus memberi perhatian ekstra dengan menghadirkan program yang berfokus pada upaya mendorong dan memberi pemahaman akan literasi digital bagi semua komunitas.
Konten Terkait
Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arangga mendorong Pertamina segera bangun buffer zone di Depo Pertamina Plumpang.
Senin 03-Apr-2023 08:32 WIB
Direktur Eksekutif Energy Watch, Daymas Arangga mendorong Pertamina segera bangun buffer zone di Depo Pertamina Plumpang.
Senin 03-Apr-2023 08:32 WIB
Masa depan ketahanan nasional, segala aspeknya akan berada di pundak generasi Z dan Alfa. Literasi digital ini idealnya bisa memperkokoh nasionalisme mereka.
Selasa 28-Mar-2023 09:37 WIB
Indeks Literasi Digital Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada 2022 tertinggi di Indonesia.
Kamis 02-Feb-2023 06:27 WIB