Kisah di Balik Pemilihan Nama Panggung Pasha Ungu, Ada Kaitannya dengan Turki Usmani
Rabu 11-Dec-2024 20:41 WIB
18
Foto : tribunnews
Brominemedia.com – Nama panggung dalam sebuah industri musik nampaknya sudah bukan menjadi hal baru di Indonesia.
Ada sejumlah musisi yang memiliki nama panggung yang mudah diingat oleh penggemarnya.
Satu di antaranya adalah vokalis band Ungu yaitu Pasha.
Pria dengan nama asli Sigit Purnomo Syamsuddin Said ini ternyata ada kisah unik di balik nama panggungnya itu.
Dilansir dari kanal YouTube Rhoma Irama Official, Pasha mengungkap bahwa awal mula nama Pasha kemudian dikenal oleh masyarakat adalah karena saran teman-teman bandnya.
Saat berbincang bersama Rhoma Irama, Pasha Ungu pertama menjelaskan bahwa karena dulunya tidak sempat menyelesai pendidikan di kampus di Jakarta, ia pun memilih berkarir di industri musik.
“Masuk ke Jakarta niatnya kuliah, terus tiba-tiba nggak tahu kenapa ngerasa kuliah kok ganggu latihan band, gitu kan. Terus tiba-tiba kepengenan punya album, sementara saya juga baru gabung di Ungu,” kata Pasha Ungu dikutip dari kanal YouTube Rhoma Irama Official.
Saat memutuskan menjadi seorang musisi kemudian teman-temannya tidak menyarankan untuk menggunakan nama Sigit sebagai nama panggungnya lantaran sudah ada Sigit Base Jam.
Karena tidak ingin dikaitkan dengan Sigit Base Jam di kemudian hari, ia pun akhirnya menyetujui usulannya rekan-rekannya di band Ungu.
Walaupun namanya identik dengan nama orang Jawa, tapi bagi rekan-rekannya ia justru cocok dengan muka orang Aceh, di mana memiliki hidung mancung.
“Menurut sahabat-sahabat saya ini, muka saya ini bukan muka-muka orang Jawa juga katanya, mukanya kayak orang-orang Sumatera Aceh katanya gitu,” tutur Pasha Ungu.
“Kayak orang-orang Aceh katanya, orang Aceh kan identik, katanya menurut mereka ini ya, karena kan dari Usmani, ada Pasha, Pashanya segala macam,” lanjut Pasha Ungu.
Untuk itu, Pasha Ungu menyebutkan hanya hal sederhana itu kemudian namanya diganti dan sekarang lebih banyak dikenal di masyarakat.
Season 2 Squid Game memberi penonton beberapa detail tentang masa lalu No-eul. Dia adalah pembelot Korea Utara yang meninggalkan keluarganya, termasuk putrinya
Sebelumnya, film Daun di Atas Bantal (Leaf on a Pillow) yang dirilis pada 1998 menjadi opening film IFFR 1999. Hingga dua tahun lalu, film horor Puisi Cinta Membunuh (Deadly Love Poetry) tayang di kompetisi Big Screen IFFR.