Bromine Media merupakan media online yang menyajikan ragam informasi dan berita di ranah lokal Wonogiri hingga nasional untuk masyarakat umum. Bromine Media bertempat di Brubuh, Ngadirojo Lor, Ngadirojo, Wonogiri, Jawa Tengah.

All Nasional Internasional

PEMERINTAHAN

Pembiayaan Produktif Fintech Lending Menyusut, AFPI: Dampak Ketidakpastian Ekonomi

Jumat 17-Oct-2025 20:17 WIB

30

Pembiayaan Produktif Fintech Lending Menyusut, AFPI: Dampak Ketidakpastian Ekonomi

Foto : kontan_co_id

Brominemedia.com - Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengungkap penyebab menurunnya porsi penyaluran pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending ke sektor produktif.

Ketua Umum AFPI Entjik Djafar menjelaskan, perlambatan ini tidak lepas dari meningkatnya ketidakpastian ekonomi, baik di dalam negeri maupun global.

Kondisi tersebut membuat perusahaan fintech lebih berhati-hati menyalurkan pendanaan ke sektor produktif, terutama kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Melambatnya ekonomi, baik secara domestik maupun global, sangat mempengaruhi pertumbuhan penyaluran pembiayaan (disbursement). Akibatnya, angka kredit macet di sektor produktif pun ikut terdorong naik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/10/2025).

Menurut Entjik, AFPI terus mengimbau para anggotanya agar menjaga prinsip kehati-hatian dalam ekspansi pembiayaan.

“Kami terus mengingatkan anggota agar tidak terlalu ekspansif. Bahkan disarankan untuk tetap konservatif dalam menyalurkan pembiayaan. Intinya, faktor prudent dan comply wajib diperhatikan,” tegasnya.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), porsi pembiayaan fintech lending ke sektor produktif atau UMKM per Agustus 2025 mencapai Rp 29,64 triliun, setara 33,83% dari total outstanding pembiayaan industri.

Angka tersebut menurun dibandingkan Mei 2025, ketika porsinya masih 34,91%.

Jika dibandingkan dengan target dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) 2023–2028, porsi ini masih di bawah ekspektasi.

Dalam roadmap tersebut, porsi pembiayaan produktif ditargetkan mencapai 40%-50% pada periode 2025–2026.

Meski demikian, OJK tetap optimistis porsi pembiayaan produktif fintech lending akan meningkat.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman menilai, peluang pertumbuhan terbuka lebar seiring terbitnya POJK Nomor 19 Tahun 2025 tentang Kemudahan Akses Pembiayaan kepada UMKM.

“POJK ini diharapkan dapat memperluas dan mempermudah akses pembiayaan bagi pelaku UMKM, termasuk melalui peran aktif penyelenggara fintech lending, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, tata kelola yang baik, serta manajemen risiko yang memadai,” ujarnya dalam lembar jawaban tertulis RDK OJK, Senin (13/10).

Secara agregat, outstanding pembiayaan fintech P2P lending mencapai Rp 87,61 triliun per Agustus 2025, tumbuh 21,62% secara tahunan (YoY).

Sementara itu, tingkat wanprestasi atau TWP90 tercatat sebesar 2,60% pada periode yang sama.
Brominemedia.com - Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengungkap penyebab menurunnya porsi penyaluran pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending ke sektor produktif. Ketua Umum AFPI Entjik Djafar menjelaskan, perlambatan ini tidak lepas dari meningkatnya ketidakpastian ekonomi, baik di dalam negeri maupun global. Kondisi tersebut membuat perusahaan fintech lebih berhati-hati menyalurkan pendanaan ke sektor produktif, terutama kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). “Melambatnya ekonomi, baik secara domestik maupun global, sangat mempengaruhi pertumbuhan penyaluran pembiayaan (disbursement). Akibatnya, angka kredit macet di sektor produktif pun ikut terdorong naik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/10/2025). Menurut Entjik, AFPI terus mengimbau para anggotanya agar menjaga prinsip kehati-hatian dalam ekspansi pembiayaan. “Kami terus mengingatkan anggota agar tidak terlalu ekspansif. Bahkan disarankan untuk tetap konservatif dalam menyalurkan pembiayaan. Intinya, faktor prudent dan comply wajib diperhatikan,” tegasnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), porsi pembiayaan fintech lending ke sektor produktif atau UMKM per Agustus 2025 mencapai Rp 29,64 triliun, setara 33,83% dari total outstanding pembiayaan industri. Angka tersebut menurun dibandingkan Mei 2025, ketika porsinya masih 34,91%. Jika dibandingkan dengan target dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) 2023–2028, porsi ini masih di bawah ekspektasi. Dalam roadmap tersebut, porsi pembiayaan produktif ditargetkan mencapai 40%-50% pada periode 2025–2026. Meski demikian, OJK tetap optimistis porsi pembiayaan produktif fintech lending akan meningkat. Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman menilai, peluang pertumbuhan terbuka lebar seiring terbitnya POJK Nomor 19 Tahun 2025 tentang Kemudahan Akses Pembiayaan kepada UMKM. “POJK ini diharapkan dapat memperluas dan mempermudah akses pembiayaan bagi pelaku UMKM, termasuk melalui peran aktif penyelenggara fintech lending, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, tata kelola yang baik, serta manajemen risiko yang memadai,” ujarnya dalam lembar jawaban tertulis RDK OJK, Senin (13/10). Secara agregat, outstanding pembiayaan fintech P2P lending mencapai Rp 87,61 triliun per Agustus 2025, tumbuh 21,62% secara tahunan (YoY). Sementara itu, tingkat wanprestasi atau TWP90 tercatat sebesar 2,60% pada periode yang sama.
Brominemedia.com - Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengungkap penyebab menurunnya porsi penyaluran pembiayaan fintech peer to peer (P2P) lending ke sektor produktif.

Ketua Umum AFPI Entjik Djafar menjelaskan, perlambatan ini tidak lepas dari meningkatnya ketidakpastian ekonomi, baik di dalam negeri maupun global.

Kondisi tersebut membuat perusahaan fintech lebih berhati-hati menyalurkan pendanaan ke sektor produktif, terutama kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

“Melambatnya ekonomi, baik secara domestik maupun global, sangat mempengaruhi pertumbuhan penyaluran pembiayaan (disbursement). Akibatnya, angka kredit macet di sektor produktif pun ikut terdorong naik,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (17/10/2025).

Menurut Entjik, AFPI terus mengimbau para anggotanya agar menjaga prinsip kehati-hatian dalam ekspansi pembiayaan.

“Kami terus mengingatkan anggota agar tidak terlalu ekspansif. Bahkan disarankan untuk tetap konservatif dalam menyalurkan pembiayaan. Intinya, faktor prudent dan comply wajib diperhatikan,” tegasnya.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), porsi pembiayaan fintech lending ke sektor produktif atau UMKM per Agustus 2025 mencapai Rp 29,64 triliun, setara 33,83% dari total outstanding pembiayaan industri.

Angka tersebut menurun dibandingkan Mei 2025, ketika porsinya masih 34,91%.

Jika dibandingkan dengan target dalam Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri Layanan Pendanaan Bersama Berbasis Teknologi Informasi (LPBBTI) 2023–2028, porsi ini masih di bawah ekspektasi.

Dalam roadmap tersebut, porsi pembiayaan produktif ditargetkan mencapai 40%-50% pada periode 2025–2026.

Meski demikian, OJK tetap optimistis porsi pembiayaan produktif fintech lending akan meningkat.

Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK Agusman menilai, peluang pertumbuhan terbuka lebar seiring terbitnya POJK Nomor 19 Tahun 2025 tentang Kemudahan Akses Pembiayaan kepada UMKM.

“POJK ini diharapkan dapat memperluas dan mempermudah akses pembiayaan bagi pelaku UMKM, termasuk melalui peran aktif penyelenggara fintech lending, dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian, tata kelola yang baik, serta manajemen risiko yang memadai,” ujarnya dalam lembar jawaban tertulis RDK OJK, Senin (13/10).

Secara agregat, outstanding pembiayaan fintech P2P lending mencapai Rp 87,61 triliun per Agustus 2025, tumbuh 21,62% secara tahunan (YoY).

Sementara itu, tingkat wanprestasi atau TWP90 tercatat sebesar 2,60% pada periode yang sama.



Konten Terkait

PEMERINTAHAN Pedagang Thrifting di Pasar Raya Padang Cemas, Larangan Impor Balpres Bikin Dagangan Terancam

Budiman menilai kebijakan larangan impor justru akan memperberat ekonomi pedagang kecil di tengah kondisi pasar yang kini sepi.

Selasa 28-Oct-2025 20:15 WIB

Pedagang Thrifting di Pasar Raya Padang Cemas, Larangan Impor Balpres Bikin Dagangan Terancam
PEMERINTAHAN BRICS Lanjutkan Dedolarisasi, China Buang Dolar AS Rp860 Triliun

Bank-bank di China membantu nasabah mereka melepas mata uang asing senilai USD51,8 miliar atau setara Rp860 triliun jumlah tertinggi sejak 2020.

Minggu 26-Oct-2025 20:23 WIB

BRICS Lanjutkan Dedolarisasi, China Buang Dolar AS Rp860 Triliun
PEMERINTAHAN DPR Sindir Kepala Daerah Ribut soal TKD, Padahal Dana Mengendap Triliunan di Bank

Anggota Komisi II DPR RI Ahmad Doli Kurnia menyoroti para kepala daerah yang memprotes pemotongan TKD padahal masih ada dana pemerintah daerah senilai Rp234 triliun yang mengendap di bank

Kamis 23-Oct-2025 20:09 WIB

DPR Sindir Kepala Daerah Ribut soal TKD, Padahal Dana Mengendap Triliunan di Bank
PEMERINTAHAN Wamendagri Sebut Dinas Kesehatan Berperan Dukung MBG-Kendalikan Tembakau

Wamendagri Bima Arya menekankan peran Dinas Kesehatan dalam program kesehatan, termasuk Makan Bergizi Gratis, penanganan TBC, dan stunting.

Rabu 22-Oct-2025 20:20 WIB

Wamendagri Sebut Dinas Kesehatan Berperan Dukung MBG-Kendalikan Tembakau
PEMERINTAHAN Pembiayaan Produktif Fintech Lending Menyusut, AFPI: Dampak Ketidakpastian Ekonomi

Porsi pembiayaan fintech ke sektor produktif per Agustus 2025 capai Rp 29,64 triliun atau 33,83% dari total outstanding pembiayaan industri

Jumat 17-Oct-2025 20:17 WIB

Pembiayaan Produktif Fintech Lending Menyusut, AFPI: Dampak Ketidakpastian Ekonomi

Tulis Komentar