Bromine Media merupakan media online yang menyajikan ragam informasi dan berita di ranah lokal Wonogiri hingga nasional untuk masyarakat umum. Bromine Media bertempat di Brubuh, Ngadirojo Lor, Ngadirojo, Wonogiri, Jawa Tengah.

All Nasional Internasional

TREND

TUMBUH 10 Persen Produksi Tahu-Tempe, Butuh 3,4 Juta Ton Per Tahun, Dampak Harga Beras danamp; Daging Naik

Jumat 19-Sep-2025 20:46 WIB

195

TUMBUH 10 Persen Produksi Tahu-Tempe, Butuh 3,4 Juta Ton Per Tahun, Dampak Harga Beras danamp; Daging Naik

Foto : tribun-bali

Brominemedia.com – Industri tahu dan tempe nasional berpotensi tumbuh lebih dari 10 persen tahun ini seiring meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap pangan berbasis kedelai.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo) Aip Syaifuddin menyebut tahu dan tempe kian menjadi pilihan utama sumber protein alternatif, di tengah kenaikan harga bahan pangan pokok lain seperti beras dan daging. 

“Dengan harga daging yang sampai Rp 120.000 per kilogram, sementara tahu dan tempe hanya Rp 10.000–Rp 14.000 per potong, masyarakat banyak yang beralih. Dengan harga yang murah, kandungan gizinya tak kalah,” papar Aip, kemarin. 

Ia membeberkan bahwa kebutuhan kedelai untuk industri tahu dan tempe di Indonesia saat ini mencapai sekitar 3,3 juta sampai 3,4 juta ton per tahun. Namun, pasokan kedelai domestik hanya mampu memenuhi 300.000–400.000 ton per tahun, atau kurang dari 15 %  kebutuhan.

Sisanya dipenuhi melalui impor, terutama dari Amerika Serikat (AS) yang menguasai hampir 90 %  impor. Dengan dominasinya saat ini, Aip memandang positif komitmen impor kedelai dari AS yang menjadi bagian dari negosiasi tarif resiprokal. 

Pasalnya, kualitas kedelai asal AS lebih baik dan standarnya konsisten. “Ukuran dan kualitasnya stabil, sehingga lebih mudah diolah menjadi tempe dan tahu. Sementara kedelai dari Brazil dan Argentina kadang bervariasi kualitasnya,” jelasnya. 

Pun, produksi kedelai lokal masih sulit terdongkrak. Menurut Aip, rendahnya produktivitas menjadi masalah utama. Dengan perhitungan sederhana, hasil panen kedelai hanya menghasilkan Rp 20 juta per hektar untuk masa tanam 100 hari, sementara komoditas lain, padi misalnya, bisa menghasilkan Rp 60 juta untuk periode yang sama.

Produktivitas kedelai lokal hanya kisaran 1,5–2 ton per hektar, jauh lebih rendah dibandingkan produktivitas di AS yang bisa mencapai 4–5 ton per hektar. 

“Petani lebih memilih menanam padi atau jagung karena hasilnya lebih besar. Kedelai biasanya hanya jadi tanaman selingan untuk memperbaiki kualitas tanah setelah ditanami padi,” jelas Aip.

Padahal, kedelai lokal memiliki nilai tambah tersendiri. Misalnya, tahu Sumedang yang terkenal menggunakan kedelai lokal, rasanya lebih khas dibandingkan yang menggunakan kedelai impor. Namun, keterbatasan pasokan membuat industri tahu-tempe lebih banyak mengandalkan kedelai impor.

Soal kemandirian pasokan ini jugalah yang menurutnya jadi masalah tantangan utama industri tahu-tempe. Keterbatasan bibit unggul, rendahnya produktivitas, dan preferensi petani menjadi hambatan yang belum terpecahkan.

Meski demikian, saat ini industri menikmati momentum pertumbuhan permintaan tahu dan tempe di tengah daya beli yang menurun akibat inflasi pangan. (kontan)

Harga Kedelai Dunia Dekati Level Terendah 
Harga kedelai di bursa Chicago kembali melemah untuk sesi ketiga berturut-turut pada bulan ini. Tekanan datang dari aksi ambil posisi jelang laporan pasokan dan permintaan global U.S. Department of Agriculture (USDA), serta minimnya permintaan dari China. Sementara itu, harga jagung dan gandum menguat tipis setelah dua sesi penurunan.

Melansir Reuters, kontrak kedelai paling aktif di Chicago Board of Trade (CBOT) turun 0,07 %  ke level US$ 10,24-4/8 per bushel pada pukul 01.01 GMT, mendekati posisi terendah satu bulan. Harga gandum naik 0,15 %  ke US$ 5,15-6/8 per bushel, sementara jagung bertambah 0,24 %  ke US$ 4,18 per bushel.

Laporan proyeksi pasokan dan permintaan USDA akan dirilis Jumat (12/9), dengan ekspektasi pemangkasan perkiraan hasil panen kedelai dan jagung AS.

Share:

Konten Terkait

HIBURAN Sule Come Back di Layar Kaca Dalam Tawa Kalcer, Usai Nyaris 3 Tahun Vakum

Kembalinya Sule menjadi salah satu hal yang paling disorot, apalagi beberapa tahun ini dirinya lama tak muncul.

Jumat 21-Nov-2025 20:24 WIB

Sule Come Back di Layar Kaca Dalam Tawa Kalcer, Usai Nyaris 3 Tahun Vakum
PEMERINTAHAN Menhaj Mau Kurangi Masa Tinggal Jemaah Haji RI di Saudi dari 41 Jadi 38 Hari

Menteri Haji dan Umroh, Mochamad Irfan Yusuf (Gus Irfan), mengaku ingin mengurangi masa tinggal jemaah haji Indonesia di Arab Saudi.

Selasa 18-Nov-2025 20:12 WIB

Menhaj Mau Kurangi Masa Tinggal Jemaah Haji RI di Saudi dari 41 Jadi 38 Hari
PEMERINTAHAN Komisi IV Sebut RI Menuju Swasembada Pangan, Produksi Beras Melonjak

Ketua Komisi IV DPR RI Siti Hediati Soeharto (Titiek Soeharto) mengatakan pemerintah akan berhasil menghentikan impor beras sepenuhnya pada 2025.

Jumat 14-Nov-2025 20:30 WIB

Komisi IV Sebut RI Menuju Swasembada Pangan, Produksi Beras Melonjak
PEMERINTAHAN Setahun Buka, Poli Psikologi RSUD Bakti Pajajaran Cibinong Selalu Penuh Pasien

Sejak buka pada akhir 2024, pasien Poli Psikologi RSUD Bakti Pajajaran terus meningkat

Rabu 12-Nov-2025 20:58 WIB

Setahun Buka, Poli Psikologi RSUD Bakti Pajajaran Cibinong Selalu Penuh Pasien
PEMERINTAHAN Telat Sekolah karena Tak Punya Akta, Bocah 11 Tahun di Jakbar Akhirnya Kini Bisa Rasakan Pendidikan

Seorang bocah berusia 11 tahun di Jakarta Barat akhirnya bisa merasakan bangku sekolah setelah bertahun-tahun tertahan

Selasa 11-Nov-2025 20:22 WIB

Telat Sekolah karena Tak Punya Akta, Bocah 11 Tahun di Jakbar Akhirnya Kini Bisa Rasakan Pendidikan

Tulis Komentar