Jumat 27-Dec-2024 20:47 WIB
Foto : tribun-bali
Brominemedia.com – Para pedagang di Pasar Seni Guwang, Kecamatan Sukawati, Gianyar, Bali, sebagian terlihat duduk-duduk di tangga kecil di depan kios mereka, Jumat (27/12) sekitar pukul 12.15 Wita. Jumlah pengunjung di sana, meskipun ada. Namun tidak begitu banyak. Kondisi ini relatif tidak biasa.
Sebab di momen libur Nataru (Natal dan Tahun Baru), biasannya penjual barang kesenian khas Bali, seperti pakaian, pernak-pernik dan sebagainya itu, selalu sibuk menawarkan barang dagangannya. Namun saat ini justru sepi pengunjung.
Berdasarkan informasi yang tersebar di media sosial (medsos), banyak netizen yang menuding bahwa sepinya Pasar Seni Guwang, dikarenakan para pedagang mematok harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan toko oleh-oleh.
Bahkan dikatakan, sendal jepit yang di toko oleh-oleh seharga Rp 40 ribu, di Pasar Seni Guwang tidak memiliki harga yang jelas. Bisa Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu.
Seorang pedagang, Ni Kadek Dwi Megawati mengatakan, ia bersama pedagang di Pasar Seni Guwang telah mengetahui adanya video viral, yang berisikan komentar miring terhadap para pedagang di Pasar Seni Guwang. Megawati menegaskan, hal tersebut tidak benar.
Terkait harga, dirinya menegaskan bahwa harga jual saat ini jauh di bawah harga pasaran. "Bagaimana bisa menjual dengan harga mahal, pengunjung saja tidak ada. Bahkan kami sekarang menjualnya lebih murah dari dari biasanya," ujarnya.
Pun terkait pedagang yang disebut suka mengerumuni pengunjung. Megawati bersama teman-temannya menegaskan hal tersebut tidak benar. Namun dia mengatakan, beberapa tahun silam, hal tersebut memang pernah terjadi. Namun hal itu sudah dilarang, dan ada sanksi yang mengikat bagi pedagang yang berprilaku demikian.
"Sekarang tidak ada pedagang yang memaksa apalagi mengerubungi. Dulu memang ada yang begitu, tapi dilarang, ada sanksinya," ujar Megawati.
Sepinya pengunjung, menyebabkan beberapa pedagang memilih untuk tidak membuka kiosnya. Menurut pedagang setempat, beberapa yang menutup kiosnya, memilih untuk mencari pekerjaan lain yang lebih menghasilkan. Adapula yang memilih untuk berjualan di tempat lain. Kondisi ini relatif memprihatinkan, mengingat beberapa tahun sebelumnya, Pasar Seni Guwang merupakan salah satu ikon pariwisata di Kabupaten Gianyar. Bahkan setiap turis yang berkunjung ke Gianyar, tidak lengkap rasanya bisa belum berkunjung ke pasar ini.
Menurut para pedagang setempat, penyebab redupnya Pasar Seni Guwang di mata wisatawan, tidak terlepas dari menjamurnya toko oleh-oleh, dan toko ini langsung menjalin kerjasama dengan travel agen, sehingga turis rombongan tidak datang ke pasar ini. "Faktor utamanya kami sepi adalah toko oleh-oleh, mereka bekerjasama dengan agen perjalanan," ujarnya.
Sopir Pariwisata Juga Mengeluh Sepi
Sepinya pemasukan di perayaan Nataru ini rupanya tidak hanya dirasakan oleh pedagang Pasar Seni Guwang. Namun sejumlah sopir pariwisata konvensional juga merasakan hal demikian. Menurut para sopir, sepinya turis yang menggunakan jasa mereka sudah sejak dua pekan lebih.
Seorang Sopir, I Wayan Juliawan mengatakan, turis mancanegara saat ini sangat sepi. Ada berbagai faktor penyebabnya, mulai dari isu pajak 12 persen yang menyebabkan harga masuk ke Bali mengalami peningkatan. Belum lagi, kemacetan parah yang terjadi pada pergantian tahun 2023 ke 2024 membuat turis malas menghabiskan hari liburnya ke Bali.
"Turis mancanegara banyak memilih liburan Nataru ke Thailand, itu karena isu pajak 12 persen dan kemacetan saat Nataru kemarin. Hidup di Bali serba susa, jalanan macet, tapi yang merasakan manfaat bagusnya entah siapa," tandasnya.
Konten Terkait
PERISTIWA
Kenangan Karantina Haji di Pulau Onrust
Oleh: Alwi Shahab*)Beruntunglah mereka yang menunaikan ibadah haji pada masa modern kini. Hanya dalam waktu sembilan jam penerbangan, jamaah sudah bisa sampai di Tanah Suci. Sekembalinya dari menunaikan rukun...
Jumat 27-Dec-2024 20:47 WIB