Kamis 11-Dec-2025 20:30 WIB
16
Foto : republikain
Brominemedia.com - Pembebasan Makkah (Fath Makkah) adalah puncak dari rentetan peristiwa penting yang terjadi sejak berlakunya Perjanjian Hudaibiyah. Tanda-tandanya tampak mulai dari tahun keenam Hijriyah. Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW memberitahukan perihal mimpinya kepada para sahabat.
Mimpi seorang utusan Allah SWT adalah wahyu atau nubuat. Beliau menyampaikan, dalam mimpinya itu Muslimin dapat berhaji ke Baitullah dengan aman sentosa. Mendengar itu, para sahabat serentak mengucapkan hamdalah. Kabar gembira ini dengan cepat tersebar ke seluruh Madinah.
Akan tetapi, masih tersisa satu pertanyaan. Dengan cara apakah Rasulullah SAW dan Muslimin memasuki Makkah? Apakah melalui pertempuran? Ataukah justru orang-orang Quraisy dengan sebab-sebab tertentu mau membukakan jalan?
Nabi SAW menunjukkan bahwa tidak ada rencana berperang. Sampai pada bulan Dzulhijjah, beliau mengumumkan keinginannya untuk berhaji. Sekitar 1.400 orang sahabat, baik dari kalangan Anshar maupun Muhajirin, menyertai perjalanan Rasulullah SAW. Dalam rihlah ini, beliau dan Muslimin seluruhnya mengenakan pakaian ihram. Itu sebagai tanda bahwa kedatangan mereka bukan untuk memicu konflik, tetapi semata-mata berziarah ke Masjidil Haram.
Apalagi, Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang dimuliakan umumnya orang Arab. Berperang dalam bulan ini sangat terlarang. Kalaupun memaksakan diri untuk menyerang rombongan Nabi SAW, kaum Quraisy tidak akan didukung suku-suku Arab lainnya.
Said Ramadhan al-Buthy menuturkan dalam buku Fiqh as-Sirah an-Nabawiyyah, Rasulullah SAW dan Muslimin setelah bertolak dari Madinah singgah sebentar di Dzul Hulaifah. Beliau lalu mengutus seorang lelaki bernama Basyar bin Sufyan untuk mencari tahu keadaan Makkah. Selanjutnya, perjalanan dilanjutkan lagi. Di daerah Ghadir Asythath, Basyar kembali menemui Nabi SAW untuk melapor.
“Orang-orang Quraisy telah berkumpul untuk menghadapi engkau, ya Rasulullah. Bahkan, kaum Ahabisy juga ikut bersiap melawan engkau. Mereka semua akan menghalangi kita dari Baitullah,” katanya.
Sesudah menerima kabar dari Basyar, Nabi SAW mengumpulkan para sahabatnya. Usai bermusyawarah, disepakatilah untuk meneruskan perjalanan menuju Baitullah. Seorang lelaki dari Bani Aslam ditugaskan sebagai penunjuk jalan agar Muslimin tidak melewati jalan yang biasa dilalui musuh.







