Bromine Media merupakan media online yang menyajikan ragam informasi dan berita di ranah lokal Wonogiri hingga nasional untuk masyarakat umum. Bromine Media bertempat di Brubuh, Ngadirojo Lor, Ngadirojo, Wonogiri, Jawa Tengah.

All Nasional Internasional

SAINS

Manusia Purba Bertahan Hidup dengan Makanan yang Hampir Tak Bisa Mereka Kunyah

Senin 04-Aug-2025 22:32 WIB

150

Manusia Purba Bertahan Hidup dengan Makanan yang Hampir Tak Bisa Mereka Kunyah

Foto : republikain

Brominemedia.com – Sebuah studi baru yang dipimpin oleh Universitas Dartmouth mengungkapkan bahwa manusia purba mulai memakan rumput dan bagian tanaman bawah tanah yang mengandung pati jauh sebelum tubuh mereka berevolusi untuk memproses makanan ini secara efisien.

Temuan yang dipublikasikan di jurnal Science ini menunjukkan bahwa perilaku—bukan hanya ciri fisik—memainkan peran penting dalam evolusi manusia.

Ketika manusia purba berpindah dari kawasan hutan ke lanskap berumput, mereka membutuhkan sumber energi baru yang andal.

Biji-bijian dan bagian tanaman bawah tanah seperti umbi, bonggol, dan kormus menyediakan pasokan karbohidrat yang melimpah.

Namun gigi mereka belum siap. Baru hampir 700.000 tahun kemudian gigi geraham beradaptasi untuk memproses makanan keras dan berserat ini dengan lebih baik. Namun, manusia terus memakannya—dan berkembang biak.

Untuk mengungkap kisah evolusi ini, para peneliti memeriksa fosil gigi hominin purba—nenek moyang manusia—yang berasal dari hampir 5 juta tahun yang lalu.

Dengan menganalisis jejak kimiawi yang tertinggal di gigi-gigi ini, mereka dapat mengetahui jenis tumbuhan apa yang dimakan individu-individu tersebut.

Bukti menunjukkan bahwa rerumputan dan teki, yang secara kolektif dikenal sebagai graminoid, merupakan bagian penting dari pola makan awal.

Luke Fannin, penulis utama studi ini, mengatakan ini adalah tanda yang jelas dari apa yang disebut para ilmuwan sebagai "dorongan perilaku."

Itu berarti manusia purba mengubah kebiasaan dan pola makan mereka sebagai respons terhadap tantangan lingkungan, bahkan sebelum tubuh mereka berevolusi untuk mendukung perubahan tersebut.

"Kami menemukan bahwa perilaku merupakan kekuatan pendorong dalam evolusi manusia," jelas Fannin.

"Nenek moyang kita sangat fleksibel, mampu beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan baru—bahkan ketika ciri-ciri fisik mereka tertinggal."

Tim peneliti juga mengamati gigi primata lain yang hidup sekitar waktu yang sama, termasuk monyet besar mirip babon yang disebut theropith dan colobine pemakan daun yang lebih kecil.

Ketiga spesies tersebut menunjukkan tanda-tanda peralihan dari buah-buahan dan serangga ke tanaman yang lebih tangguh antara 3,4 dan 4,8 juta tahun yang lalu.

Namun, hanya hominin yang mengalami perubahan dramatis di kemudian hari—sekitar 2,3 juta tahun yang lalu.

Pada masa itu, isotop karbon dan oksigen pada gigi hominin berubah drastis.

Perubahan ini menunjukkan bahwa mereka mulai bergantung pada bagian tumbuhan bawah tanah, yang menyimpan karbohidrat dan air dalam jumlah tinggi.

Makanan ini menawarkan sumber energi yang lebih aman sepanjang tahun dan mungkin telah mendorong perkembangan otak yang lebih besar dan komunitas yang berkembang.

Dengan peralatan batu, manusia purba dapat menggali umbi dan umbi dengan sedikit persaingan dari hewan lain.

Sumber daya bawah tanah ini mungkin telah memberi mereka keuntungan besar selama periode ketika makanan di atas tanah langka.

Menariknya, bahkan ketika gigi geraham mereka bertambah panjang untuk membantu menggiling makanan ini, ukuran gigi secara keseluruhan menyusut.

Baru setelah Homo habilis dan Homo ergaster muncul sekitar 2 juta tahun yang lalu, bentuk dan ukuran gigi mulai beradaptasi lebih cepat, sehingga lebih cocok untuk memakan makanan yang dipanggang atau dimasak, termasuk umbi-umbian.

Peneliti senior Nathaniel Dominy menunjukkan bahwa rerumputan masih merupakan bagian penting dari kehidupan manusia saat ini.

"Seluruh perekonomian global kita bergantung pada tanaman rumput seperti padi, jagung, dan gandum," ujarnya.

"Semuanya berawal dari manusia purba yang melakukan sesuatu yang sama sekali tak terduga—memakan tanaman yang belum diciptakan untuk mereka makan.

Perilaku itulah yang mungkin membedakan kita dari semua primata lain dan turut membentuk perjalanan sejarah manusia."

Share:

Konten Terkait

PEMERINTAHAN DLH Lampung Catat Produksi Sampah Program SPPG Capai 101 Ton per Hari

Jumlah tersebut berasal dari aktivitas sekitar 450 dapur SPPG yang telah beroperasi di 15 kabupaten/kota se-Lampung.

Senin 27-Oct-2025 20:13 WIB

DLH Lampung Catat Produksi Sampah Program SPPG Capai 101 Ton per Hari
PEMERINTAHAN SPPG Polres Tulungagung Pastikan Air Layak Minum Jadi Standar Produksi Makanan Bergizi Gratis

Agar Terhindar dari Keracunan dan Jamin Keamanan Pangan, Air Kran di SPPG Polres Tulungagung Bisa Langsung Diminum

Jumat 24-Oct-2025 20:26 WIB

SPPG Polres Tulungagung Pastikan Air Layak Minum Jadi Standar Produksi Makanan Bergizi Gratis
PERISTIWA Cerita Siswa SMPN 1 Karanganyar yang Diduga Keracunan Usai Santap Menu MBG, Alami Diare

Siswa SMP Negeri 1 Karanganyar mengalami gejala diduga keracunan. Mereka mengalami muntah dan diare.

Kamis 16-Oct-2025 22:00 WIB

Cerita Siswa SMPN 1 Karanganyar yang Diduga Keracunan Usai Santap Menu MBG, Alami Diare
KULINER Top 3 Berita Hari Ini: Cerita Pria Korea Jadi Pedagang Cilok Keliling di Ansan Korea Selatan

Selain cerita pria Korea jadi pedagang cilok keliling, Top 3 Berita Hari Ini juga menyorot produk baru brand pakaian dalam Kim Kardashian dan makna motif-motif batik.

Kamis 16-Oct-2025 22:00 WIB

Top 3 Berita Hari Ini: Cerita Pria Korea Jadi Pedagang Cilok Keliling di Ansan Korea Selatan
SAINS Angin di Mars Ternyata Lebih Kencang dari Perkiraan, Mencapai 158 Km per Jam

Temuan ini dipublikasikan dalam jurnal Science Advances oleh tim ilmuwan gabungan dari Universitas Bern, Swiss, dan Badan Antariksa Eropa (ESA).

Senin 13-Oct-2025 21:45 WIB

Angin di Mars Ternyata Lebih Kencang dari Perkiraan, Mencapai 158 Km per Jam

Tulis Komentar