Jumat 30-Dec-2022 07:26 WIB
317

Foto : tempo
brominemedia.com-- Guswanto mengimbau agar masyarakat tetap waspada terhadap
potensi cuaca ekstrem yang kemungkinan terjadi dalam beberapa hari kedepan.
Pasalnya, hal ini berpotensi menimbulkan bencana hidrometeorologi, mulai dari
banjir, genangan, banjir bandang, tanah longsor, gelombang tinggi. Ketua Umum Kamar
Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengatakan negara perlu mewaspadai dampak
disparitas harga beras yang terlalu tinggi. Ia merujuk pada laporan Bank Dunia
bertajuk 'Indonesia Economic Prospect' yang menyebutkan harga beras Indonesia
paling mahal jika dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
Menurut Arsjad, jika perbedaan antara harga di dalam negeri
dan luar negeri terlalu besar, ada kecenderungan harga beras impor lebih murah.
Walhasil, keinginan untuk mendatangkan beras dari luar negeri menjadi sangat
tinggi dan mengancam petani.

"Kondisi ini bisa memberikan ancaman bagi petani,"
ucapnya melalui keterangan tertulis, dikutip pada Jumat, 30 Desember 2022.
Pemerintah telah menugaskan Perum Bulog untuk mengimpor
beras sebanyak 200 ribu ton hingga akhir 2022 untuk memenuhi stok cadangan
beras pemerintah atau CBP. Menurut Arsjad, dampak disparitas harga ini dipicu
oleh kebijakan impor beras yang muncul ketika Bulog mencatat stok CBP menyusut
dari 1 juta ton pada awal 2022 menjadi 587 ribu ton pada November 2022.
Karena harus melakukan intervensi pasar selama musim
paceklik, yakni tiga hingga empat bulan ke depan dan mengantisipasi kebutuhan
untuk bencana alam, Arsyad menuturkan Bulog semestinya mengisi stok beras
hingga tingkat aman sekitar 1,5 juta ton. Bulog mencoba mengadakan stok beras
itu dari pasar domestik, tapi kesulitan mendapatkan walau regulasi harga
patokannya sudah direlaksasi.
Sehingga, pemerintah memutuskan untuk mengambil opsi impor
beras. "Inilah yang jadi sumber ketidaksepahaman antara Bulog dan Badan
Pangan Nasional dengan Kementerian Pertanian," kata dia.
Padahal, ia melanjutkan, Indonesia telah mewujudkan
swasembada beras pada periode 2019-2021. Pada periode ini, Indonesia hanya
mendatangkan beras khusus yang merupakan jenis yang tidak ditanam di Indonesia.
Beras khusus tersebut umumnya ditujukan bagi hotel, restoran, hingga pelaku
bisnis katering. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Indonesia mengimpor
beras khusus mencapai 407,7 ribu ton pada 2021, angka tersebut naik dari 2020
yang hanya 356,3 ribu ton.
Arsjad mewanti-wanti agar tingginya harga beras tidak sampai
memunculkan polemik dan mengubah fokus pemerintah untuk menjaga ketahanan
pangan. Sekarang, tutur dia, adalah waktu yang sangat penting untuk memperkuat
ketahanan pangan, mengingat ada potensi krisis global akibat perang Rusia dan
Ukraina yang belum usai.
Ia menilai kondisi krisis global berdampak serius bagi
rantai pasok (supply chain) perdagangan global, termasuk di sektor pangan.
Gangguan pada pasokan berpotensi mendorong kenaikan harga, sehingga daya
jangkau masyarakat menjadi lemah ditambah tingkat kesejahteraannya tidak
mengalami peningkatan akibat krisis.
Arsjad menyebut kini terjadi kenaikan harga beras yang
relatif besar di beberapa wilayah di Indonesia. Berdasarkan data Pusat
Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), ada dua wilayah yang
rata-rata secara eceran naik melampaui 5 persen pada 6 Desember 2022 ketimbang
sebulan sebelumnya, yakni 7 November 2022. Daerah dengan peningkatan harga
rata-rata terbesar adalah Sulawesi Barat sebanyak 6,6 persen dan Kalimantan
Tengah 5,6 persen. Selain itu, ada sekitar sebelas daerah yang masih defisit beras.
Menurut Arsjad, krisis pangan ini ditandai oleh sejumlah
hal. Misalnya, pasokan bahan pangan yang berkurang atau harga yang makin tak
terjangkau. “Jangan sampai kondisi krisis pangan terjadi di Indonesia, karena
dampaknya bisa meluas ke masalah sosial,” ucap Arsjad.
Ia melanjutkan, secara fundamental, Indonesia perlu terus
meningkatkan ketahanan pangan strategis. Misalnya, beras, terutama dari sisi
produksi. Alasannya, kenaikan harga komoditas dapat bersumber dari sisi
permintaan maupun penawaran yang berpotensi mempengaruhi daya jangka
masyarakat. Begitu juga dengan kemungkinan adanya hambatan non-tarif atau harga
di tingkat petani demi stabilisasi harga beras.
Dalam jangka panjang, menurut dia, pemerintah perlu
mendorong investasi di bidang penelitian dan pengembangan pertanian. Selain
itu, penyuluhan dan pengembangan sumber daya manusia pertanian agar mampu
meningkatkan produktivitas petani.
Konten Terkait
Badan Urusan Logistik (Bulog) Jawa Barat (Jabar) akan optimalkan penyerapan gabah beras di tingkat petani, seiring dengan kebijakan pemerintah.
Rabu 15-Jan-2025 20:45 WIB
Pemerintah akan berikan bantuan beras 10 kg per-bulan selama 2 bulan, tepatnya Januari hingga Februari 2025.
Senin 16-Dec-2024 20:48 WIB
ZULKIFLI Hasan dalam kunjungan perdananya sebagai Menteri Koordinator Bidang Pangan ke Perum Bulog menyempatkan diri mengunjungi Kawasan Pergudangan Bulog di Sunter Timur, Jakarta.
Senin 04-Nov-2024 20:47 WIB
Saat ini memang terjadi dualisme kepengurusan Kadin. Diketahui, sempat terjadi dualisme kepemimpinan di tubuh Kadin antara Arsyad Rasyid
Jumat 04-Oct-2024 20:27 WIB
Pada kesempatan berbeda, pedagang tomat di Pasar Rakyat Kefamenanu bernama Yohanes Afeanpah mengaku harga Tomat merosot signifikan.
Rabu 07-Aug-2024 21:18 WIB