
Foto : sindonews
brominemedia.com-- Media yang
berbasis di Amerika Serikat (AS), New York Times (NYT) melaporkan, Rusia telah
memindahkan personel dan perangkat militer utamanya dari Suriah ke Ukraina.
Laporan ini
muncul di tengah penerapan darurat militer yang diumumkan Presiden Vladimir
Putin di empat wilayah yang baru-baru ini memilih menjadi bagian negara Rusia
di tengah konflik dengan Ukraina.
Dua diplomat
Barat dan seorang pejabat pertahanan Israel yang memilih untuk tidak
mengungkapkan identitasnya memberitahu NYT jumlah personel yang berbeda-beda
terkait pemindahan itu.
Dua sumber
mengatakan dua batalion, yang artinya berjumlah antara 1.200 dan 1.600 tentara
di setiap batalion, sementara yang lain mengatakan jumlahnya jauh lebih besar.
Militer
Rusia telah terlibat secara mendalam di Suriah sejak 2015, ketika mereka
melakukan intervensi untuk membantu rezim Bashar al-Assad melawan kelompok
pemberontak yang telah menguasai sebagian besar wilayah negara itu setelah
pemberontakan.
Kehadiran
militer Rusia ini - yang datang bersamaan dengan dukungan Iran untuk Presiden
Bashar al-Assad - memerlukan koordinasi antara Rusia dan Israel, yang telah
melakukan banyak serangan terhadap sasaran Iran di Suriah.
Sumber-sumber
NYT mengesankan bahwa pemindahan perseonel dan perangkat militer Rusia
baru-baru ini dapat memberi Israel tangan yang lebih bebas di daerah tersebut.
Di tengah
invasi Rusia ke Ukraina, beberapa analis dan aktivis mengatakan bahwa kegagalan
untuk meminta pertanggungjawaban Moskow atas pemboman di Suriah telah membuat
Putin keberanian dalam perang terbarunya.
"Itulah
yang mendorong Putin untuk melanjutkan kejahatannya di Suriah, untuk memblokir
solusi damai bagi perang dan akhirnya invasi ke Ukraina. Dia tidak mengharapkan
reaksi dari Barat seperti yang dia lakukan," ucap Direktur Eksekutif
Jaringan Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SNHR) Fadel Abdul Ghany seperti
dikutip dari Al Araby, Jumat (21/10/2022).
Sebuah
laporan yang diterbitkan pada bulan September mengatakan bahwa tujuh tahun
pemboman Rusia di Suriah telah menewaskan sedikitnya 6.943 warga sipil termasuk
2.044 anak-anak, meskipun jumlah sebenarnya bisa jauh lebih besar.
Lebih dari
500 ribu orang diyakini telah tewas dalam konflik Suriah, sebagian besar akibat
pemboman rezim Damaskus dan Rusia terhadap wilayah sipil.
Analis
mencatat peningkatan dalam pemboman Rusia di Idlib yang dikuasai pemberontak
pada September menyusul kekalahan memalukan Moskow di Ukraina.
Sebelumnya,
Presiden Rusia Vladimir Putin memberlakukan darurat militer di Donetsk dan
Luhansk, serta Wilayah Kherson dan Zaporozhia. Itu dilakukan ditengah kemajuan
pasukan Ukraina dan merebut kembali sejumlah wilayah.
Orang-orang
di empat bekas wilayah Ukraina memberikan suara dalam referendum bulan lalu
untuk meminta Moskow menerima mereka sebagai bagian dari Rusia. Ukraina menolak
pemungutan suara sebagai tidak sah dan berjanji menggunakan kekuatan militer
untuk merebut daerah.
Konten Terkait
Korea Utara, Rusia dan China diduga tak akan tinggal diam atas serangan militer Amerika Serikat
Senin 23-Jun-2025 20:44 WIB
Respons serangan AS dan Israel, Menlu Iran ke Rusia Temui Putin. Menlu Iran, Abbas Araghchi sebut pukulan telak perdamaian dunia.
Minggu 22-Jun-2025 22:03 WIB
Presiden Prabowo Subianto diagendakan akan memenuhi undangan khusus dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Dengan begitu, Prabowo tak bisa menghadiri KTT G7.
Senin 16-Jun-2025 21:09 WIB
Wali Kota Solo, Respati Ardi akan melakukan penataan ulang area Solo Car Free Day atau CFD yang kini sudah berusia 15 tahun.
Minggu 15-Jun-2025 20:49 WIB
Pasukan Rusia melancarkan serangan rudal dan pesawat tak berawak canggih ke Kyiv, ibu kota Ukraina
Senin 09-Jun-2025 20:27 WIB