Foto : tempo
brominemedia.com-- Hampir dua jam setelah peluncurannya pada Rabu dinihari atau
Rabu siang WIB, 16 November 2022, pesawat luar angkasa NASA Orion pun resmi
memasuki orbit trans-Bulan. Orion memulai perjalanan misi Artemis 1 selama 26
hari ke depan.
Orion dalam misi Artemis 1 saat ini memang tak
berawak--hanya mengangkut manekin yang dilengkapi sejumlah sensor. Tapi, misi
Artemis berikutnya, yang sudah ditetapkan akan meluncur 2024, akan membawa awak
astronot mengelilingi Bulan meski kembali tanpa mendarat.
Baru, kemudian, pada 2025, NASA berencana untuk misi Artemis
yang mencakup pendaratan berawak. Pendaratan pertama di Bulan sejak misi Apollo
17 pada 1972. Rencana touch down nanti akan ditandai dengan perempuan pertama
dan orang kulit berwarna pertama yang berjalan di Bulan.
Peluncuran Artemis 1
NASA akhirnya berhasil mengirim roket generasi berikutnya,
megaroket, ke luar angkasa untuk pertama kalinya pada Rabu, 16 November 2022.
Roket Space Launch System, atau SLS, meluncur pada pukul 01:47 ET dari Cape
Canaveral, Florida, Amerika Serikat.
Penerbangan ini juga menandai kesuksesan besar bagi program
Artemis NASA untuk kembali ke Bulan. Program ini telah selama ini banyak
terhambat yang membuatnya tertunda meluncur selama bertahun-tahun. Problem
antara lain kesalahan pengembangan, dan pembengkakan anggaran sebesar miliaran
dolar.
Hambatan terus terjadi selama beberapa bulan dan bahkan jam
terakhir menjelang peluncuran. Masalah teknis dan badai tropis juga ikut
menyebabkan dua kali pembatalan. Termasuk Selasa malam waktu setempat, tapi
beruntung para insinyur berhasil memperbaiki kebocoran hidrogen dan saklar
ethernet yang buruk.
Begitu megaroket SLS benar-benar terangkat dari Bumi dan
meluncur menuju orbit trans-lunar, napas NASA masih tercekat. Baru, setelah
hampir dua jam kemudian, kelegaan menyelimuti. “Untuk generasi Artemis, ini
untuk Anda,” kata Charlie Blackwell-Thompson.
Misi Orion dan Manekinnya di Artemis 1
SLS membawa kapsul Orionnya ke ketinggian kurang dari 4.000
kilometer sebelum keduanya berpisah. Roket inti jatuh kembali ke Bumi, di
Samudra Pasifik. Sebelumnya, dua roket pendorong, sudah lebih dulu terpisah dan
jatuh kembali ke Atlantik.
Orion terus melanjutkan perjalanan ke Bulan, yang akan
mengorbit selama beberapa hari sebelum kembali ke Bumi. Pesawat berbentuk
kapsul tersebut dijadwalkan untuk terjun ke laut pada 11 Desember mendatang.
Untuk misi ini, Orion hanya diawaki tiga manekin yang dua di
antaranya dilengkapi dengan sensor untuk mengukur tingkat radiasi. Salah satu
tujuan utama penerbangan ini adalah menguji pelindung panas Orion, yang harus
bertahan pada suhu 2.800 derajat Celsius saat memasuki atmosfer Bumi. Selain
itu, NASA akan menguji pelindung radiasi, sensor, navigasi, dan peralatan
komunikasi.
Peluncuran SLS juga merupakan ujian konfigurasi roket NASA
yang paling kuat, prasyarat untuk misi luar angkasa di masa depan. Artemis 1
adalah penerbangan terintegrasi pertama SLS dan Orion dengan roket yang
menjulang 322 kaki atau 98 meter, sekitar 5 meter lebih tinggi daripada Patung
Liberty.
Memiliki bobot 2.600 ton, selama peluncuran dan
pendakiannya, SLS diperhitungkan menghasilkan daya dorong maksimum 4 ribu ton.
Itu sekitar 15 persen lebih besar daripada roket Saturn V.
Jalan Panjang Artemis 1 sebelum Terbang
Roket SLS awalnya dimaksudkan untuk debut pada 2017, tetapi
secara konsisten melebihi anggaran dan terlambat dari jadwal. Auditor
pemerintah bahkan menuduh NASA gagal bersikap transparan tentang pembengkakan
biaya yang telah menambah anggaran akhir sekitar US$1,8 miliar.
Upaya peluncuran pertama pada 29 Agustus 2022 dibatalkan
setelah Mesin Nomor 3 gagal mencapai suhu yang sesuai untuk memungkinkan
peluncuran--sesuatu yang kemudian disalahkan NASA kepada sensor yang berpotensi
rusak.
Lalu, pada 3 September, NASA melakukan upaya lain untuk
meluncurkan roket tetapi harus 'membungkus' kembali rencananya itu gara-gara
kebocoran hidrogen terus-menerus yang muncul selama pengisian bahan bakar.
Upaya keras dan berulang para insinyurnya tak berhasil memecahkan masalah yang
terjadi saat itu.
Setelah sebab kebocoran diketahui dan bisa diatasi, giliran
Badai Tropis Ian dan Nicole menunda jadwal peluncuran NASA lebih jauh, hingga
16 November 2022. Pada upaya peluncuran kali ini cuaca lebih bersahabat, tetapi
hidrogen masih menjadi masalah.
Ketika dideteksi kebocoran hidrogen yang sporadis, NASA
mengirim kru yang terdiri dari tiga teknisi, yang dikenal sebagai "Kru
Merah", ke landasan peluncuran. Dalam bayang-bayang roket yang sudah
terisi penuh bahan bakar, mereka harus mengencangkan baut yang dapat
memperbaiki katup bocor pada peluncur seluler platform besar yang menahan
roket raksasa.
Kru Merah berhasil melaksanakan tugasnya. Tapi, masalah baru
timbul ketika Angkatan Luar Angkasa AS memperhatikan bahwa salah satu sistem
radar mereka yang diperlukan untuk peluncuran tidak berfungsi dengan baik.
Sebuah ethernet switch perlu diganti, sebuah proses yang memakan waktu lebih
dari satu jam. Baru setelah itu diperbaiki, peluncuran Artemis 1 bisa
benar-benar dilakukan.
Konten Terkait
Dijodoh-jodohkan dengan Ruben Onsu. Desy Ratnasari mengaku tak risih. Bahas soal jodoh: tidak terlalu ngoyo.
Senin 03-Feb-2025 20:22 WIB
Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar angkat bicara soal ucapan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang meminta agar warga Gaza, Palestina untuk direlokasi ke Indonesia.
Senin 27-Jan-2025 20:31 WIB
Menjelang Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), sejumlah nasabah Pegadaian banyak yang menebus perhiasan emas.
Kamis 19-Dec-2024 20:26 WIB
Direktur Utama PNM, Arief Mulyadi mendorong nasabah binaan PNM yang bergerak di sektor pangan untuk maju dengan meningkatkan kualitas produk usahanya.
Rabu 18-Dec-2024 20:16 WIB
Formasi geologi mirip laba-laba di Mars, yang dikenal sebagai araneiform terrain, baru-baru ini berhasil direplikasi oleh NASA di laboratorium.
Kamis 19-Sep-2024 20:25 WIB